
“Kepada siapa saya harus mengikuti ajaran agama yang benar dan lurus, sesuai dengan prinsip Islam yakni Rahmatan Lil Alamin?”
Begitulah cuitan salah seorang teman saya saat sedang searching mencari materi untuk tugas kuliah. Ia dikejutkan oleh pertayaan salah seorang ustaz yang dalam isi cermahnya menghujat, mencela, dan mengkafir-kafirkan ustaz, ulama, dan kiai yang tidak memilki kesaamaan gagasan yang dibawanya.
Akhir-akhir ini banyak sekali tokoh-tokoh agama baru yang memanfaatkan media sosial sebagai ruang untuk menyebarkan ajaran Islam seperti Youtube, Facebook, dan Instagram. Tetapi dengan pesan-pesan dakwah yang menakutakan untuk didengar.
Banyaknya ustaz dan dai yang suka mengkafirkan, menyalahkan serta menghujat seperti, tatanan masyarakat yang sebelumnya sudah baik disalahkan, dan yang benar pun disesatkan. Tidak sebatas itu, isi ceramah yang disampaikan pun sampai mengklaim bahwa ajaran para ustaz, ulama, dan kiai sebelumnya dianggap salah.
Tentu tidak bisa dibenarkan perilaku ustaz seperti di atas. Islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaiaan tentu melarangnya. Tetapi di era terbukanya semua suara, fenomena banyaknya ustaz yang menuai kontroversi tidak bisa kita hindari. Karena, arus media sosial tidak ada batas, tidak hanya para ustaz, bahkan siapaun bisa dengan mudah terkenal melalui media sosial.
Jika dikaji bersama, bisa saja yang dilakukan oleh mereka merupakan cara untuk mendapatkan perhatian khalayak. Maka, berani tampil beda dengan mencela perbedaan yang ada yaitu cara yang bisa saja dilakukan oleh mereka.
Membuat sensasi agar disorot oleh khalayak luas, agar mendapat perhatian. Padahal setelah penulis amati, ketika ceramahnya menjadi viral dan ia merasa enjoy dengan anime masyarakat, pelan-pelan ceramahnya tak ada beda dengan ulama lainnya.
Probematika penyebaran pesan agama di media memang masih menjadi perhatian di kalangan masyarakat kita. Polemik tentang isi ceramah juga masih belum memiliki aturan yang seragam dari pihak-pihak yang bertanggungjawab.
Banyaknya kebencian yang disampaikan oleh ustaz/dai di mimbar ceramah, mengingatkan kita pada peristiwa pembangkangan iblis atas perintah Allah Swt. Yang berdampak pada pengusiran Iblis dari surga. Dan sejak saat itu iblis berjanji untuk menjerumuskan manusia pada kesesatan hingga menggiringnya ke Neraka.
Seperti firman Allah Swt dalam surah Al A’raf : 16 – 17 yang artintya : Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat),”
Dari firman Allah diatas, salah satu upaya Iblis untuk mencapai hajatnya adalah dengan menggiring manusia untuk menebar kebencian, kebohongan, perpecahan. Kebencian, kebohongan, perpecahan bisa muncul dari siapa saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Mereka yang kerap berperilaku seperti itu akan sulit mendengarkan nasehat orang lain.
Sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam untuk waspada, jangan mau diperalat iblis untuk menebar kebohongan dan jangan terbuai dengan kebohongan yang bertebaran. Berhati-hatilah! Karena selamanya, Iblis tidak akan menyerah untuk menjerumuskan manusia dalam kemungkaran sampai hajatnya diikuti oleh umat manusia.
Penulis: Liviana Muhayatul K