By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
Notification Show More
Font ResizerAa
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Reading: Mengembalikan Makna Kata “Perempuan”
Share
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
  • Blog
  • My Bookmarks
  • Customize Interests
  • Contact
  • Join Us
  • Member Login
  • News Home 2
  • News Home 3
  • Home News
  • News Home 4
  • News Home 5
Have an existing account? Sign In
Follow US
Ilustrasi perempuan (www.popbela.com)
Artikel

Mengembalikan Makna Kata “Perempuan”

Last updated: 8 Maret 2019 12:03 pm
Redaksi SKM Amanat
Published: 8 Maret 2019
Share
SHARE
Ilustrasi perempuan (www.popbela.com)

Perempuan memiliki akar kata tersendiri. Namun, dalam perjalanannya, kata ini mengalami degradesi semantis atau pejoratif dalam bahasa percakapan kita se hari-hari. Masyarakat tak terlalu menganggap penting penggunaan kata perempuan, wanita, atau bahkan cewek dalam ruang publik kita. Padahal, penggunakan tersebut memiliki konsekuensi yang berbeda. Hal itulah yang banyak digugat oleh aktivis perempuan dari masa ke masa.

Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang memliki arti ahli atau mampu. Sedangkan, wanita berasal dari bahasa Jawa, yaitu “wani ditata”, yang berarti “orang yang bisa diatur”. Ini menisbatkan hakikat kaum hawa dalam kehidupan bermasyarakat kita hanya jadi hiasan, atau yang dihias; aksesoris semata. Akar kata cewek malah lebih menghinakan kembali, dan tidak saya sebutkan dalam tulisan saya kali ini.

Meskipun struktur masyarakat patriarkal telah banyak ditentang, namun terjadi anomali. Kaum hawa dalam konteks kini, jarang memahami apa yang diperjuangkan oleh akitifis perempuan di kalangan mereka sendiri. Hal itu terlihat misalnya, dari perasaan merasa selalu lebih bawah kaum adam, dalam konsteks kepemimpinan, pekerjaan, da lain sebagainya. Itu yang menjelaskan pertanyaan mengapa, di kursi parlemen yang menyediakan kuota 30 persen untuk kaum hawa tidak pernah terpenuhi hingga kini.

lebih parahnya, tak sedikit dari kaum hawa yang mengamini posisinya yang hanya sebagai aksesoris semata. Hal itu diperlihatkan dari gaya hidupnya yang hanya memperindah diri untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Tentu, hal tersebut menyalahi dari perjuangan banyak aktivis perempuan dalam kancah lokal maupun internasional.

Budaya konsumtif yang tinggi hanya akan menghasilkan generasi pemboros atau Generasi haha hihi yang suka dengan hidup foya-foya. Kalau pencetak generasi bangsa saja seperti ini, Bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia ke depan? Apakah masa depan bangsa bisa dititipkan kepada generasi yang begitu? Ironis!

Memang betul, manusia itu memiliki sifat alamiah yang tidak pernah merasa puas, terutama perempuan. Sifat itu lah yang menyebabkan budaya hedonisme dan konsumerisme semakin meningkat. Tidak hanya itu, gaya hidup perempuan yang demikian juga bisa dipengaruh oleh lingkungan sekitar. Misalnya, ia berada di kalangan orang-orang elite, kemungkinan besar ia terbawa arus hidup yang hedonis tersebut. Apalagi kalau orang itu tidak bisa mengontrol diri.

Sebagai seorang perempuan, apalagi kalau mengingat sosok ibu sebagai madrasatu al-uula, maka perempuan harus didesain sebaik mungkin. Oleh karena itu, jadilah perempuan yang pandai mengendalikan diri. Sosok yang memiliki prinsip dan pendirian yang kuat. Sehingga ia tidak mudah terombang-ambing oleh arus kehidupan yang penuh dengan nuansa hedonisme. Janganlah menjadi perempuan generasi penikmat yang hanya ingin enak dan senangnya saja, tapi juga harus menjadi seorang pejuang yang prihatin.

Selamat hari perempuan internasional.

Penulis: Atikah Nur Azzah Fauziyyah

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi
[Resensi Film] ‘Mukti utowo Mati’
No Buy Challenge: Kampaye Hidup Mengirit, Solusi di Masa Sulit?
Kamu Susah Tidur? Coba 5 Tips Ini Agar Cepat Tidur!
Tips Menghindari Kebiasaan Tsundoku Buku
TAGGED:hari perempuan internasionalinternational woman daymakna perempuan
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Regional

Tips Sukses Pelaku UMKM 2024

Redaksi SKM Amanat
23 Desember 2023
[Indepth] Peletuk Asap Kericuhan Demo di Semarang
Bagaima Founding Father Kita Mencontohkan Persatuan Meskipun Beda Pandangan Politik
Perpustakaan Dijadikan Tempat Rapat, Mahasiswa FDK Telan Kekecewaan
Pernah Gagal Bukan Berarti Kamu Tidak Bisa Sukses
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics

Categories

  • Varia Kampus
  • UIN Walisongo
  • Artikel
  • Akademik
  • Sosok
  • Puisi
  • Regional
  • Nasional
  • Opini
  • Sastra

About US

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!

[mc4wp_form]

© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?