
Pernah melihat status WhatsApp begitu banyaknya hingga seperti bintang?
Dari pengguna media sosial WhatsApp kiranya pernah mendapati fenomena teman yang hobi membuat status seperti itu. Padahal disadari atau tidak kebiasaan tersebut rentan dapat mengakibatkan hilangnya privasi diri.
Di lain sisi mungkin sebagian dari kita, pernah berpikir dan bertanya-tanya, alasan atau motif seseorang membuat status dengan jumlah yang begitu banyak setiap hari itu tujuannya apa. Di mana aktivitas seperti itu seolah sudah jadi gaya hidup bagi mereka. Hingga cemas ketika satu hari tidak mengunggah status.
Memang ketika ditelisik, mereka mempunyai ragam motif masing-masing. Antara lain, sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan diri, mencari pengakuan “Upload status, maka aku ada”, dan motif lainnya.
Kiranya alasan-alasan tersebut dibenarkan oleh Psikolog asal New York, Abraham Maslow. Ia menganggap bahwa mendapatkan perhatian adalah sebuah kebutuhan dan hal yang wajar pada setiap manusia.
Di mana dalam sebuah teori kebutuhan Maslow, manusia pada dasarnya ingin mendapatkan penghargaan, pengakuan dari orang lain, membutuhkan cinta dan lainnya.
Hingga akhirnya manusia tersebut, berupaya dengan menggunakan berbagai cara supaya hal itu dapat terpenuhi. Kemudian pada akhirnya kebiasaan hobi membuat status dalam bentuk teks, foto, video dan lainnya, dianggap sebagai hal yang lumrah.
Namun meski begitu, dalam titik yang menurut penulis kurang lumrah adalah ketika seseorang tidak mampu membatasi privasinya sendiri. Asal upload, tanpa memikirkan dampak dan risiko dari status yang dibuat.
Seperti sesuatu kondisi bahagia, penderitaan, keluhan, marah dan lainnya diunggah. Misal dalam unggahan status marah, sang pembuat dengan upload sebuah permasalahan di status berharap masalahnya akan terselesaikan dengan metode pelampiasan. Tapi yang terjadi adalah timbul masalah baru.
Hilangnya Privasi Diri
Selain itu rentan hilangnya privasi diri dalam diri seseorang ketika terlalu aktif mengumbar atau mengekspos diri di media sosial. Ditambah dengan jumlah pengguna media sosial yang cukup banyak.
Data dari We are Social tahun 2020, mengungkap bahwa pengguna media sosial aktif di Indonesia berjumlah 160 juta pengguna. Pengguna mengakses mulai dari yang teratas seperti YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, dan Line.
Indonesia masuk dalam urutan ke-8 dari 10 negara paling lama mengakses internet di dunia dengan rata-rata 7 jam 59 menit.
Dari data tersebut, jika mayoritas pengguna media sosial cenderung hobi dalam membuat status di media sosial, tanpa berpikir manfaat, privasi dan lainnya. Maka dapat dibayangkan, apakah masih ada ruang privasi dalam ruang publik media sosial?
Kiranya memang dalam bermedia sosial perlu diiringi dengan sikap bijak dalam penggunaannya. Bukan asal buat stori untuk mendapatkan pengakuan. Tapi lebih pada bijak demi menjaga privasi diri tetap terjaga.
Sebab kita sendiri yang nantinya menentukan dalam memilih menjaga privasi, atau menghilangkan privasi diri di media sosial. Jadilah pengguna media sosial yang bijak.
Penulis: Vina Ulkonita