• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 19 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Menghapus Cita-cita Kemajuan

Agus Salim I by Agus Salim I
6 tahun ago
in Artikel
0

Baca juga

Realitas Semu Emosi Pria

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

(Sumber: www.harian.analisadaily.com).

Di tengah kekalutan perpolitikan nasional, proliferasi hoaks dan ujaran kebencian semakin mencapai titik nadir. Terlebih lagi, hegemoni pemilu 2019 yang kian dekat membuat peta perdebatan antar oknum politik semakin sengit dan interaktif. Tak ayal, populasi cebong dan kampret pun semakin menjamur memenuhi ruang publik.

Sengitnya narasi persaingan antar oknum politik tersebut telah melahirkan budaya kebencian yang berkelanjutan. Ya, orientasi demokrasi yang sebelumnya mengarah ke pembangunan dialog dan debat publik, telah beralih dengan menciptakan musuh bersama dan membangkitkan semangat menjatuhkan mereka yang dianggap lawan.

Evolusi demokrasi pun semakin kentara. Spirit demokrasi yang identik dengan kebebasan berpendapat telah bertransformasi menjadi kebebasan menghujat. Yang terjadi selanjutnya, kebenaran tidak lagi didasarkan pada fakta objektif. Hal itu diperparah dengan adanya perebutan dan dominasi wacana sebagai budak dalam percaturan perpolitikan nasional.

Hari ini, hasrat besar untuk berkuasa telah berkembang menjadi embrio politik kebencian yang mencederai nilai-nilai demokrasi. Parahnya, teriakan dukungan yang diboncengi ujaran kebencian juga semakin terdengar merdu dalam dunia virtual.

Melalui berbagai media, pendukung cebong dan kampret bersama-sama membangun dan menggiring opini publik. Lalu, dengan mudahnya saling menebar benih-benih kebencian satu sama lain.

Yang cebong mengatai kampret tidak layak menjadi pemimpin karena tak paham agama. Yang kampret menghina cebong karena hanya mampu ongkang-ongkang melihat rakyatnya tertindas di bawah ganasnya sistem kapitalis.

Pertarungan keduanya pun terus berlanjut mendekati wilayah agama. Agama yang seharusnya menjadi lambang kesucian suatu umat, harus ternodai oleh dosa-dosa oknum politik.

Tak hanya itu, peperangan politik yang lantang berkumandang dalam dunia virtual juga berhasil memicu lahirnya hoaks. Mata rantai hoaks dan ujaran kebencian memang menjadi kolaborasi yang mematikan. Mirisnya, hal tersebut menjadi santapan sehari-hari masyarakat virtual yang kemudian dibagikan secara cuma-cuma kepada tetangganya.

Inilah bukti dari apa yang disampaikan oleh William Gibson bahwa dunia virtual sebagai sesuatu yang enabling, bukan disabling. Apapun bisa dimungkinkan di dunia virtual, yang memungkinkan beroperasinya kekuasaan termasuk hoaks, berita palsu, dan ujaran kebencian yang diproduksi oleh situs-situs siluman itu pun seperti gayung bersambut.

Antara hasrat kuasa dan motif ekonomi

Sulit untuk tidak mengaitkan konten hoaks dengan hasrat kuasa dan ekonomi. Pasalnya, dua motif tersebut menjadi hal yang paling digemari dalam pembuatan dan penyebaran konten hoaks.

Dalam teritorial kekuasaan, penyebaran konten hoaks ditujukan untuk mempengaruhi pembaca tanpa pandang bulu. Ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah seringkali menjadi landasan penyebaran berita palsu tersebut.

Yang paling mengkhawatirkan, hoaks seringkali dibenturkan dengan kenyataan politik di mana, pihak konten kreator hoaks cenderung menstigmatisasi pihak-pihak oposisi yang memang cenderung kritis terhadap kekuasaan.

November lalu, seorang pria berusia 27 tahun ditangkap penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserce Kriminal (Bareskrim) Polri. Tanpa rasa bersalah, ia berani mengaitkan Presiden Jokowi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menyebarkan berita hoaks tersebut ke masyarakat luas (Kompas.com, 24/11/18).

Di sisi lain, motif ekonomi juga mencuat ke permukaan. Dengan mudahnya, pembaca digiring untuk mengakses situs-situs siluman yang membuat rekening mereka (baca: kreator hoaks) bertambah gendut. Tidak mengherankan, jika kemudian banyak oknum yang menginginkan pekerjaan semacam ini.

Bagi pemilik situs penyebar hoaks, Google Adsense adalah salah satu program penghasil uang yang sangat gurih. Jaringan periklanan berbasis Pay Per Click (PPC) ini terbukti menjadi metode yang tepat untuk menghasilkan uang dari trafik yang dijaring dari berita bohong dan provokatif.

Tak ayal, orientasi mereka bukan lagi menulis dengan sepenuh hati melainkan menulis dengan sepenuh gaji.

Jika pola yang demikian terus berlangsung agaknya kita harus menghapus cita – cita kemajuan negeri ini. Indonesia yang dibangun atas dasar kejujuran dan semangat keberagaman telah dirusak oleh serangkaian cara – cara primitif dalam bernegara.

Penulis: Agus Salim I.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: artikel pemilu 2019hasrat kekuasaan politikhoaks ditahun politikujaran kebencian
Previous Post

Hari ini UIN Walisongo Kukuhkan Guru Besar Bidang Studi Fiqih

Next Post

Satu Ciuman

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender
Artikel

Realitas Semu Emosi Pria

by Redaksi SKM Amanat
13 Mei 2025
0

...

Read more
Multitasking, Risiko Multitasking, Dampak Buruk Multitasking, Mahasiswa Multitasking, Pengaruh Multitasking

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

5 Mei 2025
Gelar Pahlawan, Gelar Pahlawan Soeharto, Kontroversi Gelar Soeharto, Gelar Pahlawan Nasional, Soeharto

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

22 April 2025
Rumah Ibadah, Aturan Pendirian Rumah Ibadah, Intoleransi Agama, Fenomena Intoleransi di Indonesia, Pelanggaran Kebebasan Beragama

Rumah Ibadah adalah Milik Tuhan dan Hamba-Nya

3 April 2025
lebaran, tradisi lebaran, tradisi unik lebaran, tradisi menyambut lebaran, tradisi menarik lebaran

Ragam Tradisi Menarik dalam Menyambut Lebaran di Berbagai Negara

30 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Mahasiswa Bergerak, Gerakan Mahasiswa, Represivitas Militer, ABRI, Politik Orde Baru

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

21 April 2025
KSK Wadas, Studi Pentas Wadas, Teater Wadas, KSK Wadas UIN Walisongo, UIN Walisongo

KSK Wadas Kembali Adakan Studi Pentas dari Naskah Karya Arifin C Noer

26 April 2025
Aji Ikhwanul Yunus, Beasiswa Djarum, Beasiswa Djarum UIN Walisongo, Sosialisasi Beasiswa Djarum, Beasiswa UIN Walisongo

Aji Ikhwanul Yunus Bagikan Keuntungan Menjadi Beswan Djarum

15 Mei 2025
Hari Kartini, WPRC UIN Walisongo, Seminar Kartini, KPI UIN Walisongo, UIN Walisongo

Peringati Hari Kartini, WPRC Ajak Perempuan Bersuara

26 April 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Aksi Kecil Menjaga Bumi yang Kita Huni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend