• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 16 Juni 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

Sepanjang sejarah, gerakan mahasiswa selalu dihadang dengan senjata. Uniknya, mahasiswa tetap menyuarakan demokratisasi. Bagaimana di era Habibie?

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
2 bulan ago
in Kolom
0

Baca juga

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

Kemajuan AI dan Sifat Kritis yang Dipertaruhkan

Tradisi Takjil di Lingkar Sosial

Mahasiswa Bergerak, Gerakan Mahasiswa, Represivitas Militer, Demonstrasi Mahasiswa, Politik Orde Baru
Ilustrasi mahasiswa sedang beradu panco. (Amanat/Tazaka).

Tak lari dikejar. Tak melawan dipukuli. Tak bersenjata ditembaki. Itulah sikap militer di lapangan ketika menghadapi mahasiswa yang melakukan aksi.

Tengok saja “tragedi Trisakti”, 12 Mei lalu. Empat mahasiswa tewas diterjang peluru yang dimuntahkan oleh militer secara membabi buta. Atraksi kegagahan militer juga didemonstrasikan saat menghadapi gelombang demonstrasi sepanjang Februari-Mei lalu. Dengan gas air mata, pentungan dun tusukan belati, militer (waktu itu) melumuri tangannya dengan darah mahasiswa yang sedang aksi.

Di Sulawesi Selatan, seorang mahasiswa mati ditembak militer, ketika demonstrasi menentang “kewajiban memakai helm” pada tahun 1988. Masih di wilayah yang sama, kita juga diingatkan tentang tragedi “Makassar berdarah”, April 1996, dimana mahasiswa didrel begitu saja oleh militer, hingga menyebabkan tiga mahasiswa tewas hanya karena tidak sependapat dengan SK Wali kota Ujungpandang tentang kenaikan tarif angkutan umum. Peristiwa tersebut jaga telah merendahkan otonomi kampus.

Belum lagi kekerasan-kekerasan berdarah yang dialami para demonstran dalam kasus-kasus yang bersinggungan dengan kekuasaan, misalnya kasus Malari, Dema, Marsinah, Kedung Ombo, Golput, PRD serta lainnya.

Dan masih banyak lagi tragedi berdarah akibat kekejaman militer kepada kaum intelektual, baik di dalam maupun di luar kampus. Tragedi yang sekaligus menambah daftar kelam kejahatan politik Orde Baru yang menang selalu diwarnai dengan darah dan nyawa dalam memaksakan kebijakannya.

Jika ditelusuri, kekerasan dan pembunuhan terhadap intelektual muda (baca: mahasiswa) selama Orde Baru, bukan hanya terjadi pada peristiwa di atas saja, masih banyak lagi kasus serupa yang bisa diselidiki. Bahkan Orde Baru sendiri, meminjam istilah Dr. George Aditjondro; dibangun di atas mayat seorang mahasiswa UI, Arief Rachman Hakim.

Alat Politik

Menurut pengamat militer, Salim Said, seringnya kekerasan fisik yang dilakukan ABRI, karena di masa Orde Baru ABRI sudah menjadi alat politik penguasa. Dalam analisa Aditjondro, militer telah berkembang menjadi alat dari partai yang memerintah, bukan lagi anak kandung rakyat. Partai yang memerintah itu sendiri telah menyempit menjadi alat pelestari kekuasaan suatu oligarki, yaitu persekongkolan segelintir keluarga yang menguasai seluruh ekonomi Indonesia.

Militer, demikian Aditjondro mengalami metamorfosa dari suatu perang gerilya menjadi pendudukan di daerah-daerah yang jadi potensi gerakan separatis Di era Orde Baru ada yang tidak ditolerir ABRI yaitu: sikap anti pancasila dan UUD 45, menghina presiden, dan merongrong pemerintah, baik makar maupun separatisme. Galibnya, semua itu hanya didasarkan pada interpretasi pihak ABRI saja.

Dalam prakteknya memang, kata ZA Maulani, pengamat militer, semua perlawanan di era Orde Baru selalu diselesaikan dengan peluru.

Misalnya dalam meredam gerakan separatisme di Aceh, Timor Timur dan Irian Jaya, militer tidak segan-segan menumpahkan darah, sehingga tak terbilang rakyat yang jadi korban kebejatan militer, baik yang diperkosa, dibunuh maupun dikubur hidup-hidup (lihat kasus Aceh), Padahal, kata Salim Said, yang terjadi di sana sekedar ketidakpuasan terhadap pemerintah yang tidak bisa mendistribusikan hasil ekonomi secara merata di daerah Pengerahan militer yang berlebihan di tiga wilayah tersebut justru membuat rakyat marah.

Hal yang sama diterapkan terhadap mahasiswa, dinamika mahasiswa dalam lingkungan sosialnya selalu ditangkap dari dimensi doktrinal di atas, sehingga ABRI menilai demonstrasi yang dilakukan akan mengganggu pemerintahan dan merongrong pemerintah. Maka seperti biasanya, ABRI menghadapi mahasiswa sebagal musuh, sehingga harus dihadapi dengan kekuatan senjata.

Dengan begitu, seolah ABRI ingin mengatakan bahwa dalam situasi tertentu masuh ABRI adalah mahasiswa. Realitasnya, dimana ada komunitas aksi yang melibatkan mahasiswa, selalu diawasi, dicurigai dan setiap saat siap menyergap aktivis mahasiswa dengan tindakan koersif.

Era Reformasi

Ketika harapan banyak ditambatkan pada pemerintahan transisi, lalu bagaimana dengan pola represivitas militer terhadap mahasiswa, adakah perabahan dibanding dengan Orde Baru?

Tampaknya masyarakat tidak banyak melihat perbedaan yang berarti antara Habibie dengan Soeharto, guru besarnya. Pasalnya, pola represivitas ala Soeharto terhadap aksi demonstrasi, masih dipakai Habibie. Yaitu pola kekerasan aparat untuk meredam kritik terhadap penguasa termasuk kritik yang dilakukan mahasiswa melalui demonstrasi.

Sebagaimana diketahui,  sampai kini aksi demonstrasi menolak Habibie masih marak dilakukan mahasiswa, sehingga Habibie pun kian merasa terusik kedudukannya.

Akhimya, belum lama ini Habibie menginstruksikan kepeda ABRI untuk menindak tegas para demonstran. Terhadap jajaran perwira tinggi ABRI, ia megatakan bahwa aksi unjuk rasa akhir-akhir ini cenderung agitatif dan provokatif.

Bukan hanya itu, upaya memulai represivitas juga dibawa ke sidang kabinet bidang Polkam. Hasilnya, Menkeh Muladi, manakut-nakuti dengan ancaman pasal makar bagi lawan-lawan politiknya, serta upaya pemberlakuan Perpu nomor 2/1998 yang akhirnya dicabut kembali karena ditentang rakyat. Jurus selanjutnya adalah pemberian cap komunis kepada aksi mahasiswa, sebagaimana yang dikatakan Menhankam Pengab Wiranto Korban perdananya adalah Forkot (Forum Kota) dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

Sementara itu, mesti sudah era reformasi, pada saat berhadapan dengan ABRI, mahasiswa sering merasa kehilangan hak kebebasan untuk bersuara. Dalam menghadapi aksi, ABRI hanya menggunakan pendekatan keamanan, yakni hanya menuntut mahasiswa segera bubar, tanpa memberi hak bicara.

Memang benar yang dikatakan Bennedick Anderson, bahwa demokrasi susah ditegakkan dalam institusi militer. Hal ini disebabkan dalam tradisi militer hanya mengenal satu garis komando yang harus segera diselesaikan.

Penulis: Frin Encus
Tulisan pernah diterbitkan di Tabloid Amanat Edisi ke-75

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: demonstrasi mahasiswagerakan mahasiswamahasiswa bergerakpolitik orde barurepresivitas militer
Previous Post

Stella Anjani Jelaskan Faktor Penghambat Terwujudnya Kesetaraan Gender

Next Post

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Media Berdarah, Peran Jurnalis, Risiko Jurnalis, Intimidasi Pers, Kebebasan Pers
Kolom

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

by Rio Ramadhan
31 Mei 2025
0

...

Read more
Kemajuan AI, Dampak Kemajuan AI, Dampak Negatif AI, Dampak Positif AI, Dampak Penggunaan AI

Kemajuan AI dan Sifat Kritis yang Dipertaruhkan

5 April 2025
Tradisi Takjil, War Takjil, Fenomena War Takjil, Budaya War Takjil, Tradisi Bulan Ramadan

Tradisi Takjil di Lingkar Sosial

6 Maret 2025
Korban Semanggi II, Yap Yun Hap, Kasus Semanggi 2, Kasus HAM Indonesia, Kasus pelanggaran HAM, September hitam

September Terakhir Yap Yun Hap, Korban Semanggi II

24 September 2024
PNS, Glorifikasi PNS, PNS profesi idaman, CPNS, Stigma CPNS di masyarakat, CPNS 2024

Glorifikasi ‘PNS Profesi Idaman’

12 September 2024

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Letup Kalbu, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Letup Kalbu

1 Juni 2025

Kembali Sabet Prestasi, SKM Amanat Raih Silver Winner Kategori ISMA 2025

24 Mei 2025
burnout, gejala burnout, dampak psikologi burnout, dampak burnout mahasiswa, gejala gangguan mental

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

23 Mei 2025
dema uin walisongo, satgas ppks, satgas ppks uin walisongo, psga uin walisongo, kasus kekerasan seksual, uin walisongo

DEMA UIN Walisongo Desak Rektorat untuk Bentuk Satgas PPKS

23 Mei 2025
Load More

Trending News

  • UIN Walisongo, Beasiswa UIN Walisongo, Bantuan Pendidikan, Beasiswa S1, Syarat Beasiswa

    UIN Walisongo Sediakan 9 Beasiswa dan Bantuan Pendidikan bagi Mahasiswa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terinspirasi Pemikiran Socrates, Antarkan Iffah Raih Predikat Wisudawan Terbaik FUHUM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beredar Informasi Kembalinya Sistem Parkir Berbayar di UIN Walisongo, Kabag Umum: Masih Wacana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend