• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Selasa, 8 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Kejahatan Orang-orang (yang Katanya) Saleh

Agus Salim I by Agus Salim I
5 tahun ago
in Kolom
0

Baca juga

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

Sumber ilustrasi: duniaekspress.com

Mereka berpeci. Bajunya religius. Rajin menjalankan syariat agama dan suka menolong orang lain tanpa pamrih. Dihadapan orang banyak, mereka menyebutnya sebagai orang saleh.

Tampilan penuh religius itu benar-benar terpancar dalam diri mereka. Sayangnya, semua itu hanya drama—meminjam istilah Baudrillard—simulacra. Mereka memandang rendah orang-orang yang berbeda identitas dengannya. Bahkan—jika mungkin—mereka tak segan-segan menindas.

Peristiwa pembantaian di Sigi tempo hari adalah bukti nyata kekejian dan kebiadaban mereka. Tak ada belas kasihan. Sesosok Iblis telah merubah wajah ’suci’ mereka menjadi keji dan beringas. Seolah, baju religius mereka hanya berfungsi sebagai pelindung dari darah orang-orang tak bersalah.

Inilah kejahatan orang saleh. Menggunakan wajah agama demi suatu kepuasan bersama. Bahkan, hidup beragama tak lagi dibarengi dengan peningkatan kepekaan terhadap alam dan orang lain.

Entah mengapa, orang-orang saleh—seperti di atas—seringkali menjadikan agama sebagai topeng dalam berperilaku. Agama tidak lagi dijadikan sebagai penuntun kebenaran. Agama berubah menjadi sebuah cita-cita mewujudkan kehidupan beragama sesuai kehendaknya, bahkan dengan jalan menghalalkan kekerasan pun.

Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah, apakah orang semacam ini layak mendapat predikat saleh, seperti yang mereka agung-agungkan?

Ketika penulis merujuk pada Alquran dan hadits nabi tentang orang saleh, tidak ada satu term pun yang menyebutkan karakteristik orang saleh seperti di atas. Dalam surat Ali-Imran ayat 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9 misalnya, karakteristik orang saleh adalah orang yang senatiasa membaca Alquran di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud), beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan.

Ini sah-sah saja jika mereka menyebut diri mereka adalah orang saleh mengingat, dunia di abad 21 telah berubah haluan menuju zaman kejahatan. Sebuah zaman di mana hanya ada kejahatan yang bahkan (bisa saja) bersembunyi dan mengintai di balik sebuah kebaikan.

Di abad ini pula, setan tidak lagi bertanduk dan bertaring, melainkan menggunakan dandanan religius, dan pandai berbicara soal kesalehan. Mereka berdoa dengan keras dan menggemakan takbir di seluruh pelosok negeri. Seolah, mereka adalah sang juru selamat di tengah kekalutan zaman.

Pemikir Jerman, Hannah Arendt, menyebut ini sebagai banalitas dari kejahatan (Banalität des Bösen). Kurangnya kepekaan, dan tajamnya kebiasaan yang dibangun lama, membuat kemunafikan menjadi hal biasa. Di negara demokrasi seperti Indonesia, kemunafikan menjadi hal lumrah yang dipertontonkan di depan orang banyak. Bahkan, agar terlihat saleh dan suci, fenomena ini seringkali dibalut dalam upacara keagamaan.

Dari sini, penulis jadi teringat dengan Umberto Uco, filsuf kebangsaan Italia yang menyebut jika kejahatan itu bisa datang dari orang-orang saleh.

Sekarang, setelah Nabi Muhammad meninggalkan kita, dunia seakan kembali berada dalam kegelapan. Tidak peduli dari kalangan beragama mana pun, manusia berlomba-lomba menjadi sang juru selamat.

Penulis: Agus

 

 

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: kejahatan orang salehorang salehpembantaian sigiterorisme
Previous Post

Menguatkan Kembali Budaya Literasi Era Digital 

Next Post

Menyatu dengan Alam Ala NU Backpacker Ungaran

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Konflik Iran-Israel, Perang Dunia 3, Dampak Perang Dunia, Perang Timur Tengah, Konflik Internasional
Kolom

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

by Redaksi SKM Amanat
4 Juli 2025
0

...

Read more
Media Berdarah, Peran Jurnalis, Risiko Jurnalis, Intimidasi Pers, Kebebasan Pers

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

31 Mei 2025
Mahasiswa Bergerak, Gerakan Mahasiswa, Represivitas Militer, ABRI, Politik Orde Baru

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

21 April 2025
Kemajuan AI, Dampak Kemajuan AI, Dampak Negatif AI, Dampak Positif AI, Dampak Penggunaan AI

Kemajuan AI dan Sifat Kritis yang Dipertaruhkan

5 April 2025
Tradisi Takjil, War Takjil, Fenomena War Takjil, Budaya War Takjil, Tradisi Bulan Ramadan

Tradisi Takjil di Lingkar Sosial

6 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Beberapa orang terlihat sedang makan di Kantin Kampus 3 UIN Walisongo, Rabu (11/6/2025). (Amanat/Alfarizy).

Mahasiswa dan Penyewa Oultet Keluhkan Banyaknya Fasilitas Rusak di Kantin Kampus 3

12 Juni 2025
ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

29 Juni 2025
Parkir mahasiswa, Penertiban parkir UIN Walisongo, Proyek cut and fill, Pembangunan gedung profesi UIN Walisongo, UIN Walisongo, Lahan parkir 

Belum Tampak Pembangunan, Kabag RT Pastikan Proyek Gedung Profesi Terpadu UIN Walisongo Tetap Berlanjut

18 Juni 2025
UIN Walisongo, KKN MIT UIN Walisongo, KKN UIN Walisongo, KKN Reguler, KKN 2025

KKN MIT dan Reguler UIN Walisongo Tahun 2025 Resmi Dibuka, Mahasiswa Keluhkan Informasi Mendadak

14 Juni 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beredar Informasi Kembalinya Sistem Parkir Berbayar di UIN Walisongo, Kabag Umum: Masih Wacana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend