Skmamanat.com – Halaqoh ulama perempuan se-Pulau Jawa yang dimulai sejak 27 – 29 Maret 2018, akhirnya menyatakan komitmen dan tekat bersama untuk terus menguatkan persaudaraan demi menjaga keutuhan NKRI di tahun politik.
Kesepakatan itu diambil dalam halaqah Lanjutan lanjutan di Hotel Aston, Semarang, Kamis (29/3/2018).
Berdasarkan rilis yang diterima skmamanat.com, Keputusan Bersama yang dibacakan Nyai Kamila Hamidah, pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda Al Kautsar, Kajen, Pati, itu berisi sebagaimana berikut:
- Perlunya mengedepankan prinsip Islam dalam menjalankan amaliyah keagamaan, dengan tetap menjaga perbedaan cara pandang agama sebagaimana madzhab Ahlussunah Wal Jama’ah.
- Memperkuat paham Islam moderat, sebagai kekuatan Islam nusantara yang memiliki keragaman budaya, sosial dan ideologi. Dengan begitu, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap kokoh berdiri sebagai negara yang plural, menghargai segala bentuk perbedaan.
- Memperkuat jaringan ulama perempuan dalam upaya edukasi pencegahan tindak radikalisme dan terorisme di daerah masing-masing. Sebab, radikalisme dan terorisme yang masuk ke ranah generasi muda ikut mengancam kesatuan negara.
- Meneguhkan pentingnya toleransi beragama sebagai pilar penting persatuan dan kesatuan Indonesia.
- Meneguhkan kembali Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai ideologi bangsa yang tidak dapat digantikan dan tetap perlu mendorong pelaksaan di tengah masyarakat.
- Menjaga persaudaraan lahir dan batin di tahun politik. Perbedaan pilihan bukan satu-satunya cara untuk memutus tali silaturrahmi. Maka, kedewasaan berpolitik bagi ulama perempuan menjadi sangat penting.
- Menolak segala bentuk berita bohong (hoax) dan menghentikan segala cara ujaran kebencian, sebagai solusi menghentikan fitnah yang memecah belah bangsa.
- Meminta kepada wakil rakyat untuk menjaga harga diri dengan berucap dan bersikap dengan sopan dan beradab.
Pengasuh Pondok Pesantren Thariqah Mu’tabarah Semarang, Nyai Jauharotul Farida mengatakan, sikap itu diambil sebagai bentuk ketegasan peran ulama dalam mendirikan dan menyatukan seluruh kelompok masyarakat, serta membentuk konsensus bersama melawan kolonialisme dan membentuk negara berdaulat.
“Ulama perempuan siap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI,” tegas wanita yang juga Kepala Pusat Studi Gender dan Anak UIN Walisongo itu.
Reporter: Riduwan