
Idulfitri merupakan momen yang paling ditunggu oleh seluruh umat islam, orang-orang beramai-ramai mudik ke kampung halaman untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga besar. Momen ini sering dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan kepada sanak saudara. Namun, kenyataannya tidak semua orang menantikan adanya Idulfitri bersama keluarga besar, karena yang terjadi malah sebaliknya. Hari Raya Idulfitri yang seharusnya menjadi suka cita berubah menjadi ajang perbandingan si kaya dan si miskin.
Sering kali mereka yang miskin diperlakukan seperti pekerja rumah tangga, sedangkan yang kaya diperlakukan layaknya tamu penting. Sehingga, momen yang seharusnya dipakai untuk berkumpul dan bersenda gurau, malah menimbulkan kesan tidak mengenakkan karena kesenjangan sosial yang terbentuk antara si kaya dan si miskin.
Konten kreator Sandy Arnof, membagikan video parodi “POV keluarga miskin saat lebaran”. Berawal dari kepala keluarga miskin tidak diajak untuk berbincang dengan yang lainnya, sampai istrinya yang mencuci piring di dapur dan anak mereka tidak dihiraukan oleh keluarga lainnya. Konten ini pun berhasil mendapat atensi netizen, dengan 600 ribu lebih like dan 15 ribu komentar, beberapa di antaranya ikut membagikan pengalaman yang sama.
Salah satunya datang dari akun @meeicaa. Ia menceritakan pengalamannya saat Idulfitri. Orang tuanya hanyalah seorang petani, sedangkan keluarga lainnya memiliki gaji di atas UMR. Ayahnya pun hanya duduk di teras seorang diri, tidak ada satupun keluarga yang menemani. Ibunya pun melakukan pekerjaan rumah tangga lalu menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dapur. Saat beranjak dewasa, akun @meeicaa pun baru memahami bahwa perlakuan yang didapat kedua orang tuanya, tak lain tak bukan karena mereka tidak membawa parsel, sedangkan keluarga lainnya membawa.
Fenomena di atas membuktikan adanya kesejangan sosial, di mana si kaya begitu disanjung sebab memiliki harta dan martabat yang tinggi. Sedangkan si miskin yang tidak memiliki apapun, diberikan perlakuan yang berbeda. Umumnya orang-orang akan lebih memerhatikan si kaya karena mereka lebih mudah memberikan segala sesuatu, disbanding si miskin. Hal ini didukung oleh pendapat Karl Marx, ia menganggap terdapat pertentangan kelas yang terjadi akibat perbedaan akses kekuasaan.
Akses yang dimaksud adalah uang yang mampu menciptakan dua kelas, yakni kelas borjuis (pemilik modal) dan proletariat (yang bekerja untuk borjuis). Perbedaan kelas dan ketimpangan sosial bisa menimbulkan konflik dalam keseharian. Bahkan, bisa muncul kelompok yang terkesan menguasai dan ada yang dikuasai.
Realita yang terjadi saat ini sama seperti yang dikatakan Karl Marx. Orang kaya digambarkan sebagai kelas borjuis, sedangkan si miskin menjadi kelas proletariat. Mereka yang memiliki modal akan diperlakukan layaknya raja dan si miskin terlihat seperti pelayannya. Maka tak heran jika mereka yang uangnya banyak, diperlakukan dengan layak daripada si miskin. Tak jarang, kesenjangan ini menimbulkan konflik antar keluarga.
Sejatinya, keluarga adalah tempat untuk berlabuh dan saling percaya. Setiap orang pasti tidak ingin mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari keluarganya sendiri, akibat kesenjangan sosial yang ada. Perbedaan si kaya dan si miskin hanyalah kasta belaka, yang seharusnya ini tidak berlaku dalam suatu keluarga.
Penulis: Febriyanti
Editor: Revina