
Amanat.id– Komunitas Seni Kampus (KSK) Wadas Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali adakan Studi Pentas dengan naskah “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer yang bertempat di Auditorium I Kampus 1, Jumat (25/4/2025).
Pimpinan Produksi Studi Pentas, Nasyitotul Jannah menguraikan judul dan tema yang cukup relevan dengan standar kehidupan di zaman sekarang.
“Tajuknya ‘Pada Suatu Hari’, tema yang diangkat ‘Pada Ujung Kata, Keharmonisan yang Berbicara’. Pada zaman sekarang marak selebritis cerai, banyak masalah tentang kecemburuan, standarisasi tiktok,” ungkapnya.
Nasyitotul juga mengungkapkan butuh empat bulan untuk mempersiapkan pementasan.
“Persiapan kurang lebih empat bulan, dari bulan Januari tepatnya,” jelasnya.
Adanya libur panjang membuat sulit manajemen latihan, sambungnya, menjadi tantangan selama proses persiapan pentas.
“Kemarin libur panjang dua bulan. Manajemen pelatihan dan bagaimana cara kita latihan dengan jarak jauh, itu cukup menjadi kendala,” lanjutnya.
Salah satu penonton studi pentas KSK Wadas, Zildjiandra Abdi Sugiono mengaku bahwa ini menjadi pengalaman pertama menonton studi pentas.
“Saya baru pertama kali nonton studi pentas dan sempet denger kalo KSK Wadas pada saat pentas cukup menarik. Ternyata beneran keren sih, baik dari segi akting maupun lainnya,” ucapnya.
Begitu juga dengan penonton yang sudah dibumbui seni sedari kecil, Septian Danu Tirta Sapta Utama mengaku belum mengetahui apa itu kesenian teater.
“Sejak kecil saya sudah dibumbui dengan seni, baik seni pewayangan maupun seni gamelan. Namun, saya belum mengetahui apa itu kesenian teater, makanya di UIN ini saya berusaha cari ilmu dan wawasan baru,” terangnya.
Menurutnya KSK Wadas bisa menjadi wadah seni yang tetap menjunjung solidaritas tinggi.
“KSK Wadas yang notabene nya teater tertua di UIN Walisongo, semoga menjadi wadah seni yang menjunjung solidaritas tinggi,” harapnya.
Septian berharap KSK Wadas dapat menciptakan seni baru yang baik.
“Semoga KSK Wadas bisa menciptakan seni baru. Karena sejatinya Seni tanpa adanya tubuh dan fisik yang baik, itu tidak akan pernah menjadi seni,” tutupnya.
Reporter: Lutfi Ardiansyah
Editor: Melini Rizki