
Amanat.id- Memperingati Hari lahir (Harlah) ke-39, Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat mengadakan Seminar Pers dan Bincang Sastra di Gedung Soshum Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kamis (21/9/2023).
Mengusung tema “Realiatas Pers: Kebebasan Jurnalisme, Nyata atau Fatamorgana?”, SKM Amanat menghadirkan Sastrawan dan Sejarawan Jurnalisme, Muhiddin M. Dahlan atau yang kerap disapa Gus Muh.
Menurut Gus Muh, puisi dan jurnalis saling berkaitan satu sama lain.
“Dalam dunia jurnalistik, sastra berperan sebagai kendaraan ketika seorang jurnalis tidak dapat menyuarakan fakta,” ujarnya.
Dirinya berpendapat bahwa dalam sastra, puisi memiliki kedudukan yang lebih tinggi di antara karya sastra lainnya.
“Dalam sastra, kita mengenal puisi dan puisi memiliki kedudukan yang tertinggi di antara sastra yang lainnya,” ucapnya.
Ia juga menyetujui pernyataan dari Seno Gumira Ajidarma, yang menegaskan betapa fundamentalnya sebuah karya sastra.
“Menurut saya, pernyataan Seno yang menyatakan ketika jurnalis dibungkam maka sastra harus berbicara semakin mempertegas bahwa puisi memiliki peranan yang penting,” tegasnya.
Menurutnya, sastra puisi muncul terlebih dahulu dibandingkan dengan naskah proklamasi.
“Sebelum adanya esai proklamasi, saya yakin puisi sudah hadir terlebih dahulu. Seperti yang kita tahu, banyak penyair zaman dahulu, seperti Chairil Anwar yang karyanya sudah banyak dikenal sebelum tahun kemerdekaan Indonesia,” tutupnya.
Reporter: Saskia Rida N.
Editor: Revina