
Dunia teknologi saat ini kian berkembang dengan terus memberikan inovasi menarik yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi bukti seberapa jauh teknologi berkembang.
AI dikembangkan pada akhir November 2022 oleh OpenAl dengan layanan yang awalnya secara gratis dengan rencana dapat monetisasi layanan.
Perkembangan yang masif dari tahun ke tahun dengan fungsi dan fitur yang terus diperbarui memberikan dampak hampir ke seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk sektor pendidikan.
Namun, kehadiran AI dalam dunia pendidikan sering disalahgunakan hingga memberikan dampak negatif bagi pelajar.
Terlihat jelas ketika siswa sekolah menengah bahkan perguruan tinggi saat ini terlalu mengandalkan jawaban dari Al untuk memecahkan masalah karena cenderung malas dan kurang berusaha.
Efeknya ketika mengerjakan tugas yang lebih kompleks, mereka akan kesulitan dan terus bergantung pada AI. Jika terus berlanjut, maka ke-kreativitas-an pola pikir pelajar akan buntu.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh The Programme for student Assessment (PISA) pada 2018, hanya sekitar 20% siswa di seluruh dunia yang mencapai tingkat literasi tertinggi dalam membaca. Sebab, membaca yang baik membutuhkan kemampuan untuk memahami, mengevaluasi dan menafsirkan teks dengan kritis.
Menurunnya daya kritis generasi muda juga menyebabkan menurunnya kemampuan generasi muda untuk mempertanyakan otoritas dan sudut pandang. Mereka juga cenderung akan menerima pandangan yang didukung oleh mayoritas, tanpa melakukan analisis yang mendalam.
Hal ini berpotensi menghambat kemampuan berpikir kritis, mempertanyakan status quo dan kontribusi pada perubahan sosial yang positif.
Pedang bermata dua
Menurut laporan Google Future of Education yang dirilis oleh Google Indonesia pada 22 Mei 2023, menyebutkan bahwa kecerdasan buatan akan membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, termasuk di Indonesia.
Wakil Presiden Google for Education, Shantanu Sinha menjelaskan bahwa Al memiliki sejumlah keuntungan, tapi juga memiliki dampak negatif bagi sektor pendidikan.
AI seakan-akan menjadi pedang bermata dua bagi penggunanya. Ketika AI tidak digunakan dengan bijak, maka dampaknya akan menumpulkan daya pikir pelajar. Sebaliknya, jika digunakan dengan bijak, AI bisa digunakan memudahkan aktivitas manusia, sebagaimana tujuan awal AI diciptakan.
Diperlukan solusi yang jelas untuk mewadahi keberadaan AI di Indonesia agar ruang lingkupnya dapat jelas diketahui dan terarah.
Pada dasarnya, AI adalah produk dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sulit untuk membatasi sebuah perkembangan dan kemajuan dunia karena memang hal tersebut adalah sebuah keharusan.
Namun, manusia harus bisa memahami porsi dan kemampuan dirinya sendiri untuk memanfaatkan teknologi tersebut.
Penulis: Faisa Dian Kresna