
Kondisi Timur Tengah kembali memanas ketika Israel dan Iran terlibat baku tembak semenjak Kamis (19/6/25). Israel melancarkan serangan udara dalam skala besar yang menargetkan lebih dari 12 lokasi strategis di Iran. Iran meresponnya dengan operasi yang dinamai Operation True Promise III.
Komunitas internasional mendorong gencatan senjata kedua belah pihak untuk mencegah konflik yang lebih luas. Mengingat betapa rapuhnya stabilitas di Timur Tengah saat ini. Sebagian pengamat berpendapat bahwa konflik antara Iran dan Israel dapat menjadi pemicu bagi terjadinya Perang Dunia Ketiga. Hal yang mendasarinya adalah kemungkinan adanya partisipasi dari negara besar seperti Amerika, Aliansi G7, dan Rusia.
Perang dunia adalah konflik militer berskala sangat luas, melibatkan mayoritas negara di dunia, melintasi berbagai benua, dan biasanya ditandai dengan keterlibatan aliansi militer besar. Dampaknya terasa secara luas di seluruh dunia, dengan ciri-ciri mencakup partisipasi kekuatan dari berbagai benua, pembentukan aliansi yang menganggap serangan terhadap satu anggota sebagai ancaman terhadap seluruh aliansi, serta dampak sosial, ekonomi, dan penggunaan teknologi perang yang masif.
Sejarah telah mencatat dua kejadian serupa, yaitu Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945). Keduanya bermula dari konfrontasi regional yang kemudian dengan cepat meluas, menyeret negara-negara di seluruh dunia ke dalam kekacauan dan mengubah struktur kekuatan global secara permanen.
Saat ini, kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ketiga bukan lagi hal yang dapat dianggap fiksi, melainkan kekhawatiran yang nyata. Berbagai pertempuran yang sedang berlangsung, seperti konflik di Ukraina, ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan, serta masalah yang terus-menerus di Timur Tengah, menciptakan situasi global yang sangat rentan dan dapat memicu konflik berskala besar.
Jika terjadinya Perang Dunia Ketiga, senjata nuklir menjadi ancaman yang paling serius. Ledakannya menciptakan gelombang kejut, panas yang tinggi, serta radiasi mematikan. Secara keseluruhan, senjata nuklir akan menyebabkan kehancuran global, krisis kemanusiaan berat, mengubah dunia secara fundamental dan mengancam keberadaan manusia.
Bukan medan perang, namun bisa jadi korban
Di tengah kekhawatiran global mengenai kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ketiga, sebuah tinjauan dari para pakar Geopolitik memberikan pandangannya mengenai nasib Indonesia. Dilansir dari laman CNNIndonesia.com, Indonesia tergolong sebagai salah satu lokasi yang relatif aman jika peperangan besar tersebut benar terjadi. Penilaian ini mencerminkan bagaimana posisi strategis dan kebijakan luar negeri Indonesia dinilai dalam menghadapi gejolak global yang kian tak menentu.
Meski secara geografis Indonesia jauh dari medan konflik, namun dampak perang akan tetap terasa, khususnya pada sektor ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Indonesia masih tergantung dengan pasokan produk impor terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut data dari Kementerian Keuangan, Indonesia masih sangat bergantung pada pasokan luar negeri untuk beberapa komoditas seperti beras, gandum, kedelai, jagung, bawang putih, dan bahkan daging serta susu.
Jika konflik global mengganggu rantai pasokan dan negara-negara produsen memberlakukan larangan ekspor, Indonesia akan menghadapi ancaman serius terhadap ketahanan pangan nasional. Kenaikan harga atau kekurangan bahan pokok dapat memicu ketidakstabilan sosial dan memperparah angka kemiskinan dan kelaparan.
Di sektor energi, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak dan gas akan sangat terpengaruh oleh lonjakan harga minyak global. Impor minyak mentah Indonesia, yang sebagian besar berasal dari negara-negara seperti Nigeria, Arab Saudi, dan Azerbaijan. Hal ini akan meningkatkan beban subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), memicu inflasi, dan mengurangi daya beli masyarakat.
Untuk menghadapi situasi ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyarankan agar pemerintah dan otoritas moneter Indonesia mempersiapkan langkah-langkah yang proaktif dalam bidang ekonomi. Ini termasuk memperkuat cadangan devisa melalui penerapan kebijakan DHE (Devisa Hasil Ekspor) yang lebih efektif, melakukan mitigasi fiskal untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri, serta melakukan intervensi pasar dengan hati-hati oleh Bank Indonesia.
Peran Indonesia di kancah internasional
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dapat menjadi salah satu pelopor perdamaian internasional. Dalam beberapa kesempatan, Indonesia menujukan diri sebagai negara yang bebas dan berkehendak melakukan apapun demi kepentingan nasional dan perdamaian internasional. Melalui doktrin politik luar negeri bebas aktif, Indonesia dapat menjadi pelopor perdamaian internasional, seperti di beberapa momen gejolak politik antara Rusia dan Ukraina, ataupun dengan China di Laut Cina Selatan.
Begitu juga sebagai salah satu tuan rumah Asean, Indonesia dapat melakukan diplomasi-diplomasi untuk mengamankan posisinya dengan beberapa negara lain di Asia Tenggara yang mungkin terdampak dalam beberapa sektor vital, seperti ekonomi dan pangan.
Walaupun posisi Indonesia yang relatif aman secara geografis, wujud nyata sebagai negara yang berkomitmen untuk berkontribusi pada perdamaian dunia dapat dilakukan. Kampanye kemanusiaan terhadap negara-negara yang sedang bergejolak juga cukup penting bagi Indonesia.
Penulis: Assyifa Imania F
Editor: Hikam Abdillah