• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Kamis, 23 Oktober 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Glass Ceiling, Penghambat Perempuan dalam Berkarir

Bentuk diskriminasi yang mencegah perempuan naik ke posisi kekuasaan atau tanggung jawab yang lebih tinggi dalam sebuah organisasi dikenal dengan istilah glass ceiling.

by Rizki Nur Fadilah
3 tahun ago
in Kolom, Artikel, Lifestyle
0
Glass ceiling penghambat perempuan
Ilustrasi Penghambat Perempuan dalam Berkarir. (Dok. Internet)

Seiring perkembangan zaman, gender tidak lagi memiliki batasan khusus. Tak jarang ditemui laki-laki mengerjakan pekerjaan domestik dan perempuan bekerja di sektor publik.

Ivan Illich dalam bukunya yang berjudul Matinya Gender mengatakan bahwa dalam masyarakat kapitalis, khususnya dalam negara berkembang, batas gender antara laki-laki dan perempuan sudah mulai tidak jelas bahkan gender tersebut bisa dipertukarkan antara keduanya.

Stigma masyarakat yang menganggap perempuan adalah mahluk yang lemah seharusnya tidak lagi berlaku. Bahkan seorang wanita yang ditinggal suaminya mampu memenuhi kebutuhan anak-anak dan rumah tangganya seorang diri.

Meskipun demikian, realita yang terjadi di masyarakat kita tidak sepenuhnya bebas dari kekangan patriarki. Memang banyak perempuan yang bekerja di sektor publik, tetapi mereka sulit mendapatkan posisi yang penting.

Posisi-posisi strategis dalam sebuah perusahaan masih didominasi oleh laki-laki. Misalnya saja, data Jumlah CEO wanita yang memimpin perusahaan Fortune 500 pada tahun 2021 menembus rekor tertinggi, tetapi data tersebut ternyata masih hanya 8,1% dari total daftar seluruh pekerja yang ada.

Baca juga

September Hitam, Melawan dengan Merawat Ingatan

Raja Jawa

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

Glass Ceiling; Wujud Diskriminasi terhadap Perempuan

Bentuk diskriminasi yang mencegah perempuan naik ke posisi kekuasaan atau tanggung jawab yang lebih tinggi dalam sebuah organisasi dikenal dengan istilah glass ceiling. Alasan diskriminasi tersebut tidak lain hanya karena mereka perempuan.

Perempuan diaggap rentan mengalami konflik keluarga. Tanggung jawab keluarga dan ranah privat masih menjadi pertimbangan seseorang menjadikan perempuan seorang pemimpin. Ketimpangan kebijakan hak atas laki-laki dan perempuan masih kerap terjadi.

Padahal, keseimbangan hak antara laki-laki dan perempuan sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Berdasarkan data dari lembaga konsultan internasional McKinsey, apabila suatu negara tidak menciptakan lingkungan yang setara, maka USD 12 triliun kurs ekonomi akan hilang atau kira-kira 16,5% dari total ekonomi global setara 8 kali ekonomi Indonesia.

Artinya, sangat penting suatu negara untuk menciptakan kondisi yang setara antara pekerja laki-laki dan perempuan. Di Kementerian Keuangan Indonesia sendiri, sudah mulai menyediakan ruang laktasi dan childcare di kantor.

Jika perempuan mendapatkan cuti melahirkan, berdasarkan kebijakan parental leave melalui KMK Pengarusutamaan Gender, laki-laki juga mendapatkan cuti 10 hari utuk menemani istri melahirkan.

Kebijakan itu patut menjadi teladan bagi institusi atau perusahaan lainnya. Bukan sekadar menyamakan peraturan, tetapi lebih kepada menyetarakan hak dalam suatu kebijakan pada kondisi-kondisi tertentu. Hak yang setara, menciptakan lingkungan kerja dengan pola pikir modern.

Dengan begitu Glass Ceiling bisa diatasi. Keputusan memperoleh jabatan tinggi tidak lagi berdasar gender, tetapi murni dari kompetensi dan kapabilitas orang tersebut.

Rizki Nur Fadilah

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Glass ceilingkesetaraan genderperempuan
Previous Post

Lupa

Next Post

Beasiswa Indonesia Bangkit LPDP 2022/2023 Resmi Dibuka, Berikut Syaratnya!

Rizki Nur Fadilah

Related Posts

September Hitam, Tragedi September Hitam, Pelanggaran HAM, Pelanggaran HAM Indonesia, Kasus HAM
Kolom

September Hitam, Melawan dengan Merawat Ingatan

by Hikam Abdillah
23 September 2025
0

...

Read moreDetails
Raja Jawa, Makna Raja Jawa, Joko Widodo, Sejarah Raja Jawa, Istilah Raja Jawa

Raja Jawa

7 September 2025
Konflik Iran-Israel, Perang Dunia 3, Dampak Perang Dunia, Perang Timur Tengah, Konflik Internasional

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

4 Juli 2025
ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

29 Juni 2025
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
SKM Amanat, Cakruma SKM Amanat, Oprec SKM Amanat, Workshop Jurnalistik, Workshop 2025

Selamat Datang Punggawa Baru! SKM Amanat Loloskan 32 Cakruma yang Berhak Ikuti Workshop 2025

11 Oktober 2025
Antologi Cerpen Soeket Teki SKM Amanat Edisi 3

Antologi Cerpen Soeket Teki Edisi 3

3 Oktober 2025
UKM UIN Walisongo, UKM-U, Kendala Peminjaman Kelas, Layanan UIN Walisongo, UIN Walisongo

Beberapa UKM UIN Walisongo Keluhkan Sulitnya Akses Tempat Kegiatan karena Kendala Administrasi-Adanya Tarif Peminjaman

7 Oktober 2025
Ivan Valentinus, COMFEST KPI, KPI UIN Walisongo, Founder Brociz Entertainment, UIN Walisongo

Founder Brociz Entertainment Ivan Valentinus Jelaskan Tahapan Produksi Film di COMFEST KPI

2 Oktober 2025
Load More

Trending News

  • BSI Kembali Buka Dua Program Beasiswa, Simak Waktu dan Persyaratannya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beberapa UKM UIN Walisongo Keluhkan Sulitnya Akses Tempat Kegiatan karena Kendala Administrasi-Adanya Tarif Peminjaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Datang Punggawa Baru! SKM Amanat Loloskan 32 Cakruma yang Berhak Ikuti Workshop 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejak Idul Adha, Pengembalian Uang Catering Mahad Gelombang 3 2024 Belum juga Jelas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • FPK UIN Walisongo Rencanakan Pembentukan Prodi Pendidikan Profesi Psikolog Berbasis Unity Of Sciences

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend