Amanat.id- Hari ketiga Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), mahasiswa baru diberi materi pilihan. Salah satunya ada mengenai pembahasan gender dan kekerasan seksual. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) memilih pengerucutan tema “Perempuan dalam Lingkaran Marginalisasi”, Rabu (21/8/2019).
Bertempat di Auditorium I lantai 1 UIN Walisongo, Mujibatun mengungkapkan saat ini laki-laki dan perempuan sama-sama bisa menikmati keadilan. Indikatornya dapat dilihat dari tiga hal yaitu, melalui akses pendidikan yang ada. Kedua, dilihat dari partisipasi perempuan dalam berbagai kegiatan dan ketiga, kontrol mengenai kebijakan yang diambil perempuan.
Lebih lanjut, Mujibatun mengajak audiens untuk menengok masa lalu, pada 1976-1977 di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Hasyim Asy’ari Jombang Jawa Timur tidak ada mahasiswa perempuan. Hal itu karena perempuan tidak diperbolehkan menjadi hakim.
“Dianggap dosa oleh tafsiran ulama, karena perempuan dianggap lemah,” jelasnya.
Pandangan terdahulu mengenal perempuan sebagai makhluk lemah, perempuan itu nomor dua, atau perempuan hanya perlu di rumah. Hingga ada sebutan kanca wingking yang dilekatkan oleh Belanda pada perempuan dahulu. Namun berbeda ketika melihat keadaan saat ini.
“Saat ini perempuan banyak juga yang menanggung beban ganda, bukan hanya sebagai perempuan rumah, namun juga sebagai wanita karir yang bekerja di luar sana,” tuturnya.
Mujibatun mengatakan untuk mewujudkan kesetaraan gender perlu ada pengejawantahan visi misi Alquran dalam keadilan sesama manusia. Selain itu perlu ada jihad dalam bentuk baru bagi pemuda, yaitu dengan cara mencari ilmu.
Reporter : Zulfiyana Dwi Hidayanti
Editor : Iin EW