By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
Notification Show More
Font ResizerAa
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Reading: Inner Child: Luka Trauma Masa Kecil dan Cara Menanggapinya
Share
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
  • Blog
  • My Bookmarks
  • Customize Interests
  • Contact
  • Join Us
  • Member Login
  • News Home 2
  • News Home 3
  • Home News
  • News Home 4
  • News Home 5
Have an existing account? Sign In
Follow US
Inner child
Ilustrasi inner child. (Sumber: Pixabay)
Artikel

Inner Child: Luka Trauma Masa Kecil dan Cara Menanggapinya

Last updated: 22 Juli 2022 8:09 pm
Eva Salsabila Azzahra
Published: 22 Juli 2022
Share
SHARE
Inner child
Ilustrasi inner child. (Sumber: Pixabay)

Bagi beberapa orang istilah inner child terasa tidak asing lagi. Istilah ini merujuk pada salah satu isu kesehatan mental. Maksud dari istilah ini yaitu sebuah luka trauma batin yang dibawa sejak kecil. Luka trauma inilah yang selanjutnya akan membentuk pengalaman buruk dan berpengaruh terhadap respons kita dalam menanggapi situasi yang tengah kita hadapi saat ini (di masa depan).

Penjelasan mengenai inner child diterangkan lebih lanjut oleh Psikolog Klinis, Reynitta Poerwito, yang menyatakan bahwa inner child merupakan bagian dari diri manusia yang tetap menjadi anak-anak secara emosional dan psikologi. Kadangkala kehadiran luka trauma di dalam diri tidak disadari secara langsung oleh kebanyakan orang.

Biasanya luka ini muncul dalam wujud perilaku kita dan respons yang ditunjukkan terhadap suatu peristiwa. Yang paling parah apabila lukanya bersemayam dalam jangka waktu lama hingga dewasa. Dan hal ini akan memengaruhi proses kedewasaan kita. 

Akan tetapi, terdapat fakta seperti dilansir dalam klikdokter.com bahwa pengalaman inner child tidak bisa dihilangkan begitu saja dan akan terus membekas hingga seseorang beranjak dewasa. Meski demikian, kita perlu memahami bahwa bukan berarti luka tidak bisa dihilangkan, kita mengabaikan rasa sakit akibat trauma di masa lampau. Sebab hal ini akan menghambat perkembangan kedewasaan kita dan akhirnya memproyeksikan rasa sakit tersebut tidak pada tempatnya.

Cara Menanggapi Inner Child

1. Ketahui luka trauma di masa lalu

Setiap orang tentu pernah mengalami luka batin hingga membuatnya trauma. Namun, hal yang perlu kita ketahui bahwa luka yang hadir tersebut bukan tanpa alasan. Melainkan membentuk kita menjadi sosok yang lebih tegar. Bahkan ketika dihadapkan dengan situasi yang berada di luar kendali kita sekalipun.

2. Validasi luka yang ada

Setelah kita memahami apa dan bagaimana luka yang kita peroleh di masa lampau, kita dapat mengakui bahwa itu masih menjadi bagian dari diri kita. Kita perlu menghubungkan sosok diri kita dengan sosok anak kecil dalam diri kita di masa lalu. Tidak mengabaikan luka merupakan cara terbaik untuk berdamai dengan luka.

Sadari pula bahwa luka tersebut tidak berlaku secara terus menerus. Selain itu, dengan begitu juga akan sangat mudah bagi kita untuk mengendalikan diri dalam menghadapi serta menjalani situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

3. Rangkul rasa sedih dan amarah yang bercampur menjadi satu

Tidak bisa dimungkiri hidup dalam bayang pengalaman buruk karena luka trauma di masa lampau akan terus mengingatkan kita akan luka-luka tersebut. Merasa dihantui oleh bayang-bayang masa lalu dan terus berada dalam belenggu menjadikan kita tidak nyaman dalam menjalani hidup. Rasanya hidup tidak lagi berwarna.

Kadangkala muncul emosi yang tidak kita sadari, seperti sedih dan perasaan amarah. Merangkul semua perasaan tersebut merupakan alternatif untuk berdamai dengan luka trauma yang diperoleh.

Kini setelah mengetahui inner child, semoga dapat membantu dalam menyadari luka akibat pengalaman masa kecil. sehingga dapat lebih terbuka dengan sosok anak kecil yang masih bersemayam dalam diri kita.

Penulis: Eva Salsabila A.

Terjerat Tali Gembala Media Sosial
Baikkah Spotlight Effect Melekat pada Diri Kita?
Toxic Parenting dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental Anak
Perlunya Self Control sebelum Berkomentar
Kiat Menerapkan Gaya Hidup Frugal Living
TAGGED:Artikel psikologiGangguan kesehatan mentalInner child
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Ma'had UIN Walisongo
UIN WalisongoVaria Kampus

Akibat Keputusan Penempatan Ma’had, 321 Camaba Terancam Tidak Lanjutkan Kuliah

Rizki Nur Fadilah
8 Juli 2022
Ahmad Izzudin: NU Gunakan Kriteria Baru untuk Melihat Hilal
AMW Kembali Adakan Aksi, Tuntut Cabut Wajib Ma’had UIN Walisongo
Melawan Budaya Prokrastinasi Akademik
Yang Terjadi Saat Anak dan Orangtua Bergosip
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics

Categories

  • Varia Kampus
  • UIN Walisongo
  • Artikel
  • Sosok
  • Akademik
  • Puisi
  • Regional
  • Nasional
  • Wisuda
  • Sastra

About US

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!

[mc4wp_form]

© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?