
Amanat.id- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) menggelar acara Seminar Nasional bertemakan “Sepinya Filsafat di Era Society 5.0″ yang bertempat di Aula Gedung Q Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kamis (17/10/2024).
Acara tersebut menghadirkan dua pembicara, salah satunya adalah Romo Setyo Wibowo dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakarya.
Setyo mengatakan bahwa kehadiran Artificial Intelligence (AI) dapat menggeser peran manusia dalam kehidupan.
“Kita harus sadar kalau alat bisa menggantikan manusia,” ucapnya.
Menurutnya, kehadiran media sosial juga membuat perubahan pola kehidupan pada manusia.
“Kehadiran media sosial mengubah pola relasi manusia,” ujarnya.
Lanjutnya, Setyo menganggap berkurangnya interaksi antar sesama dapat diakibatkan dari adanya AI yang akhirnya berdampak juga pada demokrasi.
“Mengutip pernyataan dari Yuval Noah Harari tentang demokrasi, bahwa demokrasi masih ada ketika orang masih saling berbicara,” ucapnya.
Pasalnya, sambung Setyo, AI dapat mengurung pola pikir manusia menjadi sempit.
“Di satu sisi AI dapat mempermudah pekerjaan manusia, tetapi terkadang juga dapat mengurung manusia dalam bubble,” tuturnya.
Romo Setyo menganalogikannya dengan seseorang yang mendukung salah satu pasangan calon, maka algoritma berita dalam sosial media akan memberitakan hal tersebut.
“Semakin Anda melihat tentang Prabowo maka beritanya akan terus menerus seperti itu,” ujarnya.
Menurutnya hal tersebut akan menimbulkan kefanatikan kepada seseorang.
“Itu seperti terkurung dan akan semakin fanatik,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan kebijakan penting yang ditentukan oleh AI akan memiliki dampak buruk.
“Bayangkan jika suku bunga di Bank Sentral Amerika Serikat ditentukan oleh AI,” ujarnya.
Romo Setyo berpesan agar tidak tergerus oleh AI, manusia tetap harus memiliki integritas dan menjaga kewarasan.
“Kita bisa menggunakan AI dengan baik, tetapi risikonya adalah nihilisasi teknologi,” tutupnya.
Reporter: Moehammad Alfarizy
Editor: Gojali