
Bagi sebagian besar kita, orang goblok adalah jenis orang yang paling dihindari dalam berdebat. Bukan hal yang salah memang, karena untuk apa berdebat dengan mereka yang hati dan pikirannya telah tertutup. Data yang kita bawa, analisis yang telah kita siapkan, akan mentah di hadapan mereka.
Namun, tidak menurut Puthut EA. Dalam bukunya yang berjudul “Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok”, dia memaparkan beberapa manfaat berdebat dengan mereka. Salah satunya, membuat kita terhibur.
Ya, seperti yang ditulis oleh Puthut EA dalam bukunya,
“Tapi apapun itu, berdebat dengan orang goblok, apalagi yang menggebu, tak usah diambil pusing. Dibikin gampang saja. Lebih dari itu, harus bisa mendapatkan hiburan dari sana. Plus bonus. Misalnya, paling tidak, jadi tulisan ini”. halaman 18
Buku yang dicetak pada Oktober 2018 itu, merupakan kumpulan esai yang ditulis oleh Puthut EA dalam beberapa tahun terakhir. Banyak tema yang diambil oleh penulis. Dari rokok, bisnis, politik, hingga sepak bola. Bahkan judul buku ini, diambil dari salah satu esainya.
Esai-esai yang ada dalam buku ini, tidak jarang membuat pembaca terpingkal. Ide-ide tulisan yang out to the box, akan membuat pembaca terdiam sejenak dan berpikir ulang. Kemudian berkata “oh begitu atau oh iya ya! ” atau sesekali kita akan dibuat mengumpat setelah membaca.
Seperti dalam salah satu esai di buku ini yang berjudul “Menjadi Manusia di Smoking Area”. Dalam tulisannya, Puthut EA menggambarkan bagaimana seorang perokok di area merokok, yang saling berkomunikasi, bertegur sapa, dan mendiskusikan suatu hal, bahkan tak jarang saling meminjam korek. Hal yang tidak ditemui pada mereka yang berada di area bebas rokok. Kritik pedas penulis lontarkan terhadap fakta di lapangan tentang “smoking area” yang selalu sempit, dan membuat penggunanya berdesakan.
“di negeri ini, ada keganjilan yang nyaris tidak masuk akal. Para perokok yang berdesakan di smoking area itu mengkonsumsi barang legal dengan cukai yang sangat tinggi. Namun, mereka diperlakukan seperti para paria, interniran, kriminal, dalam sebuah “burning area” yang sempit dan sesak” halaman 25.
Tidak cukup sampai disitu saja, penulis kelahiran Rembang itu juga menyentil tentang tingkah laku latah orang-orang Indonesia. Sedikit-sedikit anti, sedikit-sedikit menyalahkan namun pada akhirnya hanya penyesalan yang di dapat.
Hal ini dapat ditemui pembaca pada esai yang berjudul “Rezim Anti-Antian Yang Mengganggu Kewarasan Nalar Kita”. Pada esai tersebut, penulis menceritakan sejarah perpolitikan yang keji. Yang mungkin saja, tidak banyak diketahui anak milenial sekarang. Bukan kasus penculikan pada masa orba, namun tepatnya pada politik dagang (perang dagang) yang membuat kita kehilangan komoditas terbaiknya.
Sebelum ramai gerakan anti rokok, Indonesia pernah digegerkan dengan “gerakan anti minyak kelapa dan gerakan anti kopi”. Kedua gerakan itu dilandasi karena alasan kesehatan. Sehingga pada perjalanannya, minyak kelapa yang tumpah ruah di negeri ini, diganti dengan sawit yang malah sering menyebabkan peristiwa kebakaran hutan. Padahal, fakta mengatakan bahwa minyak kelapa adalah minyak yang paling sehat selain minyak zaitun.
Buku yang berisi 57 esai ini, ringan untuk dibaca. Terutama untuk pembaca yang suka dengan isu-isu atau fenomena terkini namun malas jika harus bertemu dengan buku tebal dan istilah-istilah yang asing dan berat untuk di pahami. Hal ini dikarenakan, penulis menggunakan gaya bertutur yang sederhana dan logika pemikiran yang mengejutkan.
Namun, suatu karya memang tidak terlepas dari yang namanya kekurangan. Dalam buku ini, tidak disebutkan bahwa esai-esai di dalamnya, sudah pernah di muat di mojok.co.
Terlepas dari itu semua, adanya buku ini membuat pembaca lebih mudah mengurutkan esai-esai penulis sesuai dengan tema.
Selamat membaca….
Identitas Buku
Judul Buku : Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok
Penulis : Puthut EA
Halaman: viii + 236
Penerbit: Shira Media
Resentator: Khalimatus Sa’diyah