
“Stres nih, healing, yuk, healing!”
Ajakan untuk healing makin sering terdengar di sekitar kita. Orang yang melontarkannya bisa mahasiswa yang kebanyakan tugas, maupun pekerja yang perlu berhenti sejenak dari tekanan tanggung jawab kantor.
Lantas, sebegitu perlukah healing bagi manusia zaman sekarang?
Dilansir dari Tribunjatim.com, istilah healing masuk dalam bahasa gaul populer tahun 2022. Ternyata, kata healing telah lama dikenal dalam dunia Psikologi. Istilah healing berasal dari bahasa Inggris, yaitu proses penyembuhan psikologis, perasaan, batin, dan pikiran pada seseorang. Healing dilakukan dengan tujuan menyembuhkan diri dari luka batin yang pernah dialami.
Healing dapat dilakukan seorang diri yang disebut dengan self-healing ataupun healing yang dilakukan oleh penderita psikis dengan bantuan Psikolog melalui berbagai terapi kejiwaan. Bentuk dan cara melakukan self-healing juga beragam, contohnya dengan mindfulness, menulis ekspresif, atau dengan self compassion. Sementara bentuk dan cara healing dengan terapi psikologi contohnya terapi seni, psikoedukasi, dan hipnoterapi.
Mindfulness adalah cara sederhana dari healing dengan cara menutup mata dan menghirup udara segar sembari mengelola pikiran dan perasaan. Menulis ekspresif merupakan cara meredam emosi dan stres dengan menulis apapun di buku harian yang hanya dibaca sendiri. Self-compassion sendiri cukup berbeda dengan dua cara di atas, cara ini dilakukan agar individu dapat menerima diri sendiri dengan tulus bahwa ia tidak sempurna kemudian ia menunjukkan kasih sayang bagi dirinya.
Namun, dewasa ini, healing tidak hanya ditujukan untuk fungsi penyembuhan. Terkadang orang salah mengartikan healing sebagai refreshing sesaat seperti pelesiran atau jalan-jalan.
Healing Dulu vs Masa Kini
Masalah yang datang silih berganti, sehingga urgensi healing ditekankan agar kehidupan yang dijalani seseorang kembali normal.
Orang-orang zaman dahulu belum begitu akrab dengan istilah healing, tetapi mereka tetap bisa sembuh dari ketegangan dan tekanan batin. Misalnya, mereka akan berdamai dengan menerima keadaan tanpa menyalahkan siapapun, belajar dari kesalahan masa lalu, dan fokus pada masa depan.
Sedangkan jika dilihat pada generasi masa kini mereka seakan enggan berhadapan dengan tekanan yang menjadi bagian dari kehidupan. Bermasalah ataupun tidak, mereka akan tetap healing, saking seringnya melakukan hal demikian, sehingga makna healing mulai kabur.
Makna Hidup: Jati Diri dan Potensi Alami
Tidak ada yang dapat lebih mengenal diri kita kecuali kita sendiri. Mengetahui makna hidup berarti mengenal diri sendiri untuk berkembang sesuai potensi dan keunikan yang dimiliki. Terlebih ketika sedang berada pada kondisi kehidupan yang sulit, dengan akal pikiran manusia dapat mengurangi sumber penderitaan dan menghasilkan sumber kesenangan.
Penting untuk diperhatikan, apakah kamu tahu sumber dari luka psikologismu? Cobalah mengenali luka yang kamu derita sehingga tahu cara mengatasinya. Seiring perkembangan zaman di segala lini kehidupan maka sumber-sumber luka juga beragam.
Perlu disadari bahwa tekanan itu sebenarnya membantumu untuk berkembang, melatih sikap kritis atas keresahan emosi, dan membangun conflict resolution skill dalam diri.
Penulis: Ita Erviana