
Amanat.id- Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang sedang ramai diperbincangkan di kalangan mahasiswa UIN Walisongo terkait kinerja kepengurusannya.
Misalkan saja di twitter, akun mention confess (menfess) @uinwsfess yang sudah tidak asing lagi bagi beberapa mahasiswa. Menfess merupakan media bagi seseorang untuk menyampaikan pendapat secara anonim melalui akun fanbase. Akun @uinwsfess sendiri sudah ada sejak Juli 2020 yang sekarang telah diikuti oleh 6.108 pengikut.
Beberapa hari terakhir, pengguna akun @uinwsfess ramai memberikan kritik terhadap kinerja Dema-U yang dianggap lamban dalam menangani isu-isu yang beredar di masyarakat.
“Ws!DemaU kinerja lu udah gakeliatan, paling cuman jalanin proker yang emang sudah dasarnya, mahasiswa lu cuman minta lu turun aksi dengan membawa nama universitas, banyak temen yang ga ikut external pengen juga demonstrasi untuk melwan oligarki, masa iya nanti ada yg ngadain aksi tanpa sepengetahuan dema u, masa iya kena bajak kapal universitas,” unggahan di akun @uinwsfess, Sabtu (9/4).
Selain itu, kritik pada sikap Dema-U dalam menanggapi aksi gerakan mahasiswa yang dilaksanakan di beberapa daerah terkesan lamban dan seolah tidak ada koordinasi dengan mahasiswa tidak luput dari perhatian.
“Ws!Ini besok akan ada aksi besar-besaran seluruh Indonesia menuntut birokrasi pemerintahan yang bobrok tapi kok DEMA-U GADA INISIATIF INI, ngapain kek atooo apa gitu arghhhh kesel bnget ya ampunnnn,” cuitan di twitter pada hari Minggu (10/4).
Ketua Dema-U, Shofiyullah Amin menanggapi bahwa kritikan yang dilontarkan kepada Dema merupakan hal yang biasa dan menjadi bagian dari aspirasi. Terkait dengan kinerja kepengurusannya yang dipertanyakan, ia menyampaikan bahwa ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sejak dilantik pada 25 Februari 2022 lalu.
“Kalau persoalan dikritik, hal yang biasa bagi saya karena itu bagian dari menyampaikan aspirasi. Selama periode ini, program kerja kami sudah ada yang terlaksana seperti pelantikan, Khaul Prof. Qodri Azizy dan webinar,” ungkapnya ketika dihubungi Amanat.id melalui WhatsApp, Senin (11/4).
Kritik terhadap peran Dema yang dianggap diam terhadap isu-isu yang ada di masyarakat disanggah dengan pernyataan bahwa Dema telah mengadakan diskusi dan dialog bersama mahasiswa untuk mengkaji dan menganalisis isu bersama yang nantinya dapat disampaikan lebih baik secara tepat.
“Dema sudah mengadakan dialog ataupun diskusi dengan mahasiswa terkait isu-isu yang ada. Sementara itu, kami juga masih menganalisis atau mengkaji isu sehingga dapat disampaikan dengan tepat kepada teman-teman,” jelasnya.
Pada Senin (11/4/2022) gerakan mahasiswa di beberapa daerah mengadakan aksi serentak dengan beberapa tuntutan seperti mendesak presiden untuk mengkaji ulang Undang-Undang Ibu Kota Negeara (IKN), menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode, serta mendesak pemerintah untuk menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok di masyarakat.
Julukan “macan pantura” yang disematkan pada mahasiswa UIN Walisongo seolah dipertanyakan kembali, apabila hanya berdiam diri. Ketua Dema-U menganggap bahwa julukan tersebut menjadi amanah yang besar, sehingga isu yang beredar perlu dianalisis agar tidak dianggap mentah.
“Tentu itu adalah amanah yang besar, maka kita juga perlu menganalisis isu yang beredar secara matang,” ungkapnya.
Meskipun aksi serentak dilaksanakan pada Senin (11/4), gerakan di Semarang akan dilaksanakan pada Rabu (13/4). Adapun aksi ini akan diikuti oleh Jateng Melawan dan beberapa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Semarang. Dema U mengungkap mereka akan ikut mengawal aksi tersebut.
“Kami akan membersamai dan mengawal pada aksi tersebut,” tutupnya.
Reporter: Safira