
Bau busuk mulai menjamah
Tatkala kakiku mulai melangkah
Gelapnya langit
Angkuhnya gedung-gedung
Dan jalanan yang dipenuhi mayat di setiap sudutnya,
Menemaniku malam itu
Kala itu kota sepi
Sepanjang menyusuri jalan
Hanya ada darah, bangkai manusia,
dan bangunan tua
Kota tempatku dibesarkan
Kini telah menjelma menjadi neraka
Tumpukan mayat kemudian dibakar
Bau asap daging manusia menggempal
Menutupi indahnya sinar bulan
Menambah pekat dan pengap udara malam itu
Seorang perempuan tua sembari terengah-engah lari menghampiriku
Bertanya, “Apakah kamu melihat anakku?”
Aku tak menggubris
Lirih dengan luka
Luka pembangunan
Dari kejauhan ku lihat balaikota tengah berpesta-ria
Penuh sesak dengan keringat manusia
Ya, manusia berkepala anjing, babi, dan tikus
Menyikut, menikam, dan membunuh
Apa yang terjadi dengan manusia di kota ini?
Siapakah yang mati?
Aku atau mereka
Siapakah yang waras?
Aku atau mereka
Alunan angin malam itu menjelma runtutan tangga musik lagu Iwan Fals yang indah
“Kota yang kutinggali kini tak ramah lagi”
Grogol, Januari 2025
Moehammad Alfarizy (Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki)