Amanat.id- Alunan instrumen harmonis dari talenta calon anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Musik turut memeriahkan acara Konser Simfoni XX Musicversary Arkara Generation di Auditorium I Kampus 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Jumat (22/11/2024).
Mengusung tema “Reflection of Love Cyberpunk Dystopian” yang bermakna perpaduan antara kebebasan dengan cinta, Ketua Pelaksana Konser Simfoni Arkara, Fajar Anas mengatakan bahwa acara tersebut dapat menjadi motivasi bagi UKM Musik dan Mahasiswa UIN Walisongo dalam kebebasan berkarya serta menyuarakan demokrasi.
“Bagi UKM Musik sendiri acara ini merupakan alat kebebasan untuk menyuarakan pendapat dalam karya seni, kalau mahasiswa umum mungkin alat untuk menyuarakan demokrasi,” sebutnya.
Alumni UKM Musik, Farhan Hiadar Ali mengatakan bahwa setiap lagu yang ditampilkan merupakan hasil aransemen sendiri dan memiliki ciri khasnya masing-masing.
“Lagu yang ditampilkan anggota baru itu menciptakan aransemennya sendiri, unik dan berbeda sehingga memiliki ciri khas masing-masing,” ucapnya.
Pada band pertama, sambung Rofiq, dipilih genre musik jazz yang memiliki kesan pelan dan tenang sebagai pembuka.
“Genre jazz dengan tema lagu cinta itu pembawaannya tenang, menyesuaikan biar tidak membuat kaget pengunjung saat mendengarkan,” tuturnya.
Ia juga menambahkan lagu selanjutnya lebih menunjukkan adanya eksistensi dan idealisme anak muda.
“Lagu yang ketiga dibawakan lebih menunjukkan eksistensi dan idealisme seumumnya anak muda, jadi di UKM Musik lagu yang dibawakan tidak itu-itu saja,” terangnya.
Rofiq juga menekankan genre musik yang di tampilkan pada Konser Simfoni Musicversary Arkara mengandung unsur-unsur yang berbeda dari ekspresi hingga nilai autentiknya.
“Intinya ini tentang ekspresif dan kebebasan, biar ada rasa autentik,” tuturnya.
Salah satu penampil, Muhammad Najmunnuha mengatakan bahwa band grupnya memiliki tema khusus dalam Konser Simfoni Arkara 2024.
“Tema yang kita bawakan adalah starvarious, maknanya adalah meskipun kita dari latar belakang aliran musik yang berbeda, kita menjadi satu ekspresi di panggung sebagai bintang yang bersinar,” tuturnya.
Ia juga menambahkan ciri khas band-nya terletak pada teknik bermain gitar yang dikolaborasikan antara aransemen tradisional dan modern.
“Teknik memainkan gitar dengan dipetik menghasilkan instrumen musik Kalimantan, gitar listrik juga bisa digunakan untuk menghasilkan musik tradisional,” paparnya.
Salah satu wali dari penampil, Hestia mengaku terhibur dengan adanya Konser Simfoni dari UKM Musik.
“Seru, dari teman-teman sudah berusaha semaksimal mungkin, keren menurut saya,” ucapnya.
Adapun pengunjung lainnya, Pandu berharap agar panitia Simfoni UKM Musik UIN Walisongo lebih memperhatikan susunan acara.
“Jamnya lebih diperbaiki, seperti susunan acaranya yang bisa dipercepat agar tidak kelamaan menunggu, juga terkait jam-jam shalat yang seharusnya lebih di perhatikan untuk pengunjung,” tutupnya.
Reporter: Muhammad Baziz Saputra
Editor: Eka R.