
- Aksi demontrasi mahasiswa dan LPM Suara USU di depan Rektorat USU, Kamis (28/03/2019) (Instagram/Persmahasiswa).
Amanat.id — Pemberhentian semua pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara USU berbuntut panjang. Tindakan yang dilakukan oleh Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Runtung Sitepu dinilai sebagai tindakan yang melebihi batas wajar.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Dewantoro mengatakan, sikap tersebut sewenang-wenang karena tidak sejalan dengan nilai demokrasi dan hak kebebasan berekspresi.
“Kami menolak tindakan pencabutan sepihak yang dilakukan oleh rektorat USU terhadap sebuah karya fiksi yang terbit di media kampus,” ujar Dewantoro melalu keterangan tertulisnya sebagaimana dikutip dari tempo.co, 23 Maret 2019.
Untuk diketahui, Surat Keputusan (SK) Kepengurusan LPM SUARA USU 2019 dicabut oleh Rektor USU, lantaran unggahan cerpen di portal suarausu.co berjudul ‘Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya’ pada 18 Maret 2019.
Cerpen itu mengangkat cerita LGBT yang dinilai mencemarkan nama baik kampus, melanggar etika, dan mengandung unsur pornografi.
Prof Runtung Sitepu mengatakan, cerpen tersebut tidak layak dimuat di bawah naungan USU, karena dianggap memuat konten pornografi. Sebabnya, semua pengurus LPM USU tidak pantas dipertahankan.
“Itu sangat tidak pantas. Masih banyak yang harus ditulis dan mendidik,” tegasnya sebagaimana dikutip dari suarausu.co, 28 Maret 2019.
Tetap melawan

Hari ini, Kamis 28 Maret 2019 sejumlah mahasiswa USU melakukan aksi demontrasi di depan Rektorat USU. Mereka menuntut pencabutan SK yang memberhentikan semua pengurus LPM Suara USU.
Dalam aksi itu, mereka juga menuntut rektor memberikan dan menjamin ruang kebebasan berekpresi pada mahasiswa.
Berkaitan dengan peristiwa tersebut, berbagai dukungan terus mengalir terhadap LPM Suara USU. Di antaranya dari, Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) nasional, Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan organisasi pers mahasiswa di pelbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Reporter: Rima Dian P