Aktvitas ngopi, dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan trend yang cukup tinggi. Hal itu terlihat misalnya dari menjamur kedai kopi di banyak daerah dan kota besar di Indonesia. Namun, sebetulnya, ada perubahan dari aktivitas ngopi hari ini dengan semangat awalnya. Aktivitas ngopi kini seolah tak lebih dari sekedar pemenuhan gaya hidup dan status sosial dari si penikmat.
Anggur dari Arab
Sejarah mencatat bahwa kopi pertama kali ditemukan di dataran Afrika pada abad ke-9, tepatnya di dataran tinggi Ethopia. Akan tetapi, penyebaran penjualan kopi dikendalikan oleh pedagang Arab, hingga biji kopi ditanam luas di Afrika Utara hingga tersebar ke Asia dan Eropa.
Kata kopi sendri ada yang mengatakan berasal dari bahasa arab qohwah yang berarti kekuatan atau energi. Penggunaan bahasa qohwa tak lepas dari kandungan kopi yaitu kafein yang memiliki efek memabukan. Bangsa Eropa menyebut kopi sebagai “Anggur dari Arab”. Cukup masuk akal bangsa eropa menyebut seperti, karena memang kopi menjadi minuman orang Arab pada saat itu.
Bahkan sejarah membuktikan bahwa kopi sangat dekat para suffi saat itu, kopi membatu para mereka tetap terjaga di malam hari untuk mendekatkan diri pada sang ilahi. Salah satu ulama suffi yang begitu populer yaitu Syaid Abu Bakar Alidrus, ia sangat terkenal dengan dampak baik pemanfaatan kopi. Ia bahkan menuliskan sajak-sajak kosidah tentang kopi.
Bahkan kopi juga mendapatkan julukan minuman para malaikat. Menurut legenda persi, kopi untuk pertamakalinya diberikan oleh maliakat jibril kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang mengantuk. Adapula yang menyebut bahwa kopi berasal dari kisah nabi Sulaiman yang ketika pergi ke sebuah kota yang masyarakatnya terjangkit penyakit misterius. Atas perintah malaikat jibril Sulaiman menyiapkan kopi tersangrai untuk diminum kepada penderita penyakit itu dan mereka berhasil sembuh.
Melihat kedua cerita di atas tentu tidak betul-betul benar, tidak ada bukti sejarah yang menyebutkannya, akan tetapi dari kisah itu kita dapat memahami bahwa kopi memberi dampak yang baik oleh para peminumnya. Selain kopi dengan para suffi, di Eropa tepatnya London pada tahun 1700 ada istilah “penny universites”.
Beberapa hikayat menyebutkan ada lebih 2000 kedai kopi yang menghargai kopinya hanya satu sen. Di dalam kedai orang berkumpul berjam-jam untuk mendengarkan berbagai diskusi menarik, mulai dari obat-obatan hingga berdagangan. Itu sebabnya disebuat “Univesitas Sen”.
Menanti sumpah dari secangkir kopi
Harus kita akui bahwa sejarah keemasan kopi telah berakhir. Sejarah kesucian kopi, agama, dan ilmu pengetahauan seolah tinggal cerita. Kopi yang tersaji di banyak kedai mewah dan biasa di seluruh Indonesia, kerap kalai dan hanya digunakanan untuk mengisi hati yang sepi dan konsumerisme gaya hidup.
Jumlah generasi ngopi hari ini memang tak sedikit. Namun, apakah lalu kemudian jumlah yang tak sedikit tersebut dapat membuat sebuah gerakan seperti halnya di Eropa? Pencerahan. Eureka.
Penulis : Syamsul