
Skmamanat.com– Kehadiran tiga anak harimau Benggala di Taman Margasatwa Mangkang, Semarang, menjadi perhatian publik khususnya Wakil Walikota Hevearita Gunaryanti Rahayu. Setibanya di taman margasatwa, Hevearita langsung menggendong salah satu dari anak harimau. Ia kemudian mengumumkan nama dari ketiga anak harimau itu, Cantik, Anggun dan Jelita. Pemberian nama itu disampaikan dalam perayaan Hari Harimau Sedunia di Taman Margasatwa Semarang, Rabu (31/7/18).
Ketiganya memiliki jenis kelamin betina, mereka lahir dari pasangan indukan Kliwon (jantan) dan Manis (betina), pada Sabtu 2 Juni lalu. Kini, koleksi harimau Benggala dengan nama latin panthera tigris tigris di taman margasatwa berjumlah 15 ekor.
Dalam jumpa pers dan pemberian nama tersebut, Hevearita mengatakan, Pemkot Semarang berharap ketiga harimau ini bisa memberikan warna baru bagi taman margasatwa. Tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung. Karena itu meraka diberi nama Cantik, Anggun dan Jelita.
“Nama itu langsung diberikan oleh bapak walikota. Khusus yang agak bule namanya Jelita,” jelas Hevearita.
Melihat sekeliling area taman margasatwa, Hevearita menilai kondisi penangkaran satwa masih buruk. Menurutnya, kebun binatang di Semarang harus lebih bagus dari penangkaran satwa lain di Jawa Tengah dan Jogja. Taman Margasatwa Semarang, harus menjadi tujuan utama kedatangan wisatawan. Targetnya, manajeman PT Taman Margasatwa Semarang, di tahun 2019 akan melakukan pembenahan dari infrastruktur dan koleksi satwa.
“Sehingga di tahun 2020 sudah siap launching sebagai Semarang Zoo,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, status Taman Margasatwa Semarang kini telah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Perubahan itu mempermudah pengelolaan di banding saat masih berstatus Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD).
“Ke depan di tahun 2019, perlu ada penambahan satwa-satwa baru agar lebih variatif, seperti jerapah, zebra dan sebagainya,” tutupnya.
Perawatan Anak Harimau
Dari pengamatan para perawat satwa di Taman Margasatwa Semarang, harimau Benggala seringnya melahirkan di malam hari. Tiba-tiba saja, perawat menemukan harimau Benggala asli India, Bangladesh, Nepal dan Buthan itu sudah melahirkan.
Hal itu biasa dialami Sohirin, salah satu dari perawat harimau Benggala, ia mengaku selama kerja di taman margasatwa belum pernah melihat persalinan harimau secara langsung. Tiap kali Sohirin akan membersihkan kandang berkisar pukul 07.00 pagi, tahunya si induk tengah menjilati bayinya di dekapannya. Begitupun dengan persalinan si Cantik, Anggun dan Jelita.
“Kelahirannya tiba-tiba saja, pagi ketika akan membersihkan kandang sudah ada beberapa ekor anak harimau di kandang,” jelasnya.

Menurut Sohirin, kebiasaan induk melahirkan secara alami menjadi penyebab sulitnya untuk melihat proses persalinan secara langsung. Namun, para perawat tetap tahu perkiraan persalinannya. Biasanya, petugas selalu menandai induk betina setelah proses perkawinan. Tiga bulan sejak proses kawin biasanya perut induk terlihat besar, dalam kurun waktu itu mereka siap melahirkan.
“Setelah perut membesar, kami selalu memisahkan pejantannya. Sebab misal tidak, nanti anaknya bisa dimakan,” tuturnya.
Dokter hewan Taman Margasatwa Semarang, Hendrik Setiawan mengungkapkan, tidak ada perawatan khusus untuk anak harimau. Sebab induknya yang secara alami akan merawatnya. Selama tiga sampai lima bulan, induk harimau akan menyusi anak-anaknya. Sedang dalam kebersihan, induk harimau dengan sendirinya akan menjilati tubuh anaknya. Namun untuk berjaga-jaga, pihak taman margasatwa tetap melakukan upaya pencehagan.
“Upaya pencegahan kami bertujuan agar anak harimau sehat dan jauh dari stres,” kata Hendrik.
Menurut Hendrik, biasanya dia dan perawat yang lain melakukan empat tindakan secara rutin. Perawatan tersebut seperti pemberian vaksin rabies secara rutin setahun sekali, pemberian obat cacing tiga bulan sekali, serta pemberian vitamin b kompleks seminggu sekali. Selain itu, petugas biasanya membersihkan kandang dengan larutan desinfeksi seminggu sekali. Tujuannya untuk membersihkan kandang dari bakteri dan virus berbahaya.
Hendrik melanjutkan, selain upaya pencegahan. Ada pula upaya untuk membantu pertumbuhannya secara fisik. Pengontrolan secara rutin tiap tiga bulan sekali, tujuanya agar pertumbuhan fisik harimau terpantau. Terakhir, dengan melebihkan porsi makan indukan betina. Jika biasanya porsi makan hanya 4 sampai 6 kilogram, indukan menyusui mendapat porsi makan 7 sampai 8 kilogram.
Selain upaya tersebut, ada dua tindakan yang lebih pada kontrol perkembangan fisik anak harimau. Di antaranya, menimbang anak harimau tiap tiga bulan sekali. Hal itu dilakukan agar pertumbuhan dan kesehatan harimau dapat terpantau. Selanjutnya, melebihkan porsi makan induk betina dari porsi biasanya. Jika porsi normalnya hanya 4 sampai 6 kilogram, setelah melahirkan menjadi 7 sampai kilogram. Tentu, indukan yang menyesui butuh asupan makanan yang lebih banyak.
“Untuk makan anak harimau, hingga usia lima bulan mereka masih menyusi pada induknya. Namun mulai bulan ketiga, mereka mulai diberi daging cacahan agar mulai terbiasa,” jelasnya.
Masalah Baru
Keberadaan harimau Benggala di Taman Margasatwa Semarang, awalnya hanya ada seekor. Satwa itu pihak pengelola peroleh dari pemberian secara suka rela oleh warga Semarang. Harimau pertama itu bernama Rangga dengan jenis kelamin jantan. Agar dapat perkembang biak, pihak pengelola mencarikan indukan betina dari Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjannegara. Dari penangkaran itu, didapati harimau betina bernama Manis.
Dari perkawinan pertama Rangga dan Manis, saat ini jumlah harimau Benggala telah beranak pinak hingga 15 ekor. Sejumlah catatan menyebutkan koleksi harimau Benggala di Taman Margasatwa Semarang seharusnya berjumlah 19 ekor, namun beberapa mati disebabkan lahir secara abnormal dan persaingan makanan.
Manajer Operasional Taman Margasatwa Semarang, Kusyanto mangatakan, harimau Benggala yang kini berjumlah hingga 15 ekor merupakan over populasi bagi penangkaran. Ketentuan over populasi itu disebabkan tidak memadainya infrastruktur yang layak. Seperti kandang dalam penangkaran itu belum memenuhi standar.
Bagi Kusyanto, apabila ingin terus menambah jumlah populasi harimau, harus ada kandang tambahan. Di lain mengenai kelayakan, masalah lain berada pada perkembangbiakan harimau yang seperti kucing, prosesnya cepat sekali mengandung melahirkan tiga sampai empat ekor.
“Namun saat ini, upaya untuk mengurangi populasi sebatas baru memisahkan harimau jantan dan betina secara terppisah,” ungkap Kusyanto.
Direktur Taman Margasatwa Semarang, Samsul Bahri Siregar mejelaskan, penambahan kandang dan perbaikan infrastruktur telah direncanakan pihaknya. Sudah ada konsep untuk perluasan ruang, kandang dan wahana beramain anak. Kandang- kandang satwa nantinya tidak lagi menggunakan kawat, melainkan dikonsep seperti rumahnya pada habitat aslinya.
“Jadi ketika dipandang terlihat seperti lepas,” jelasnya.
Menurut Samsul, targetnya konsep taman margasatwa ke depan itu lebih memberikan kenyamanan untuk satwa. Selain sebagai wahana edukasi bagi anak. Nantinya akan menjadi kebun binatang yang membinatangkan-binatang. Selain itu pihaknya menargetkan akan ada penambahan satwa, jika saat ini ada 100 spesies harus ada penambahan higga 150 spesies.
“Jika izin sebagai lembaga konservasi telah turun dari kementrian, kita akan langsung ngebut untuk menambah hewan,” katanya.
Reporter: Fajar Bahrudin Achmad