
Wahai tuan muda, mengapa kau duduk di sana tanpa busana?
Pagar kayu yang dibuat oleh ayahmu kini berdiri, satu jengkal lebih tinggi dari mataku.
Ia menutup pagi, dan menjadi mimpi buruk di malam hari.
Aku tak mau warisan ini, Tuan, ini semua dari ayahmu, Tapi ayahmu itu bajingan!
Ah tuan muda,
Baru kali ini aku tidak mau warisan, dari yang telah mati tertanam begitu dalam.
Tapi mengapa, nisan ayahmu menjulang tinggi,
bersayap garuda berwarna hijau,
menyilaukan mataku yang tumbuh di tanah ini.
Tanah yang ditumbuhi lumut, kini terjerat tambang, terbang di tengah bintang-bintang.
Wonosobo, 5 Januari 2025
Ahmad Kholilurrahman (Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki)