
Amanat.id– Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) kembali menggelar aksi di depan Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo bertajuk “UIN Walisongo Cacat, Mahasiswa Melarat”, Jumat (22/8/2025).
Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi, Iqbal Mujahid menjelaskan aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa baru (maba).
“Ini karena dari awal masuk maba sudah di bingungkan dengan beban biaya Program Wajib Ma’had dan UKT yang terus naik,” katanya, Jumat (22/8).
Iqbal menegaskan aksi tersebut merupakan inisiasi dari maba UIN Walisongo.
“Aksi ini organik di inisiasi oleh maba dari semua fakultas,” tegasnya.
Ia menyebut aksi tersebut menuntut adanya pencabutan program ma’had.
“Kami membawa tuntutan pencabutan program ma’had, transparansi UKT dan biaya wajib ma’had,” jelas Iqbal.
Pencabutan program ma’had, sambungnya, berupa penundaan status wajib agar dapat ditinjau oleh birokrasi.
“Program ma’had ada tapi program wajib ma’had ditunda terlebih dahulu untuk dibicarakan bersama,” terangnya.
Maba Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Sheila mengaku ragu terhadap sistem keamanan ma’had UIN Walisongo.
“Saya ragu pada keamananya, diawal gelombang sudah banyak kasus kehilangan,” jelasnya.
Ia merasa biaya program ma’had UIN Walisongo cukup memberatkan.
“Ngga harus wajib juga ngga sih? karena cukup memberatkan biayanya,” tuturnya.
Sheila berharap agar keamanan ma’had UIN Walisongo bisa diperbaiki.
“Harapanya untuk keamanan ma’had bisa lebih ketat lagi, karena untuk kenyaman bersama juga,” katanya.
Senada dengan Sheila, Maba FSH lainya, Nabila mengaku tuntutan pada aksi tersebut merupakan bentuk dari keresahan pribadinya.
“Saya secara pribadi juga resah terhadap kebijakan tersebut,” ucapnya.
Menurutnya biaya ma’had yang terlampau mahal tidak sesuai dengan fasilitas yang tersedia.
“Untuk biaya 4 juta dengan fasilitas dan keamanan yang seperti itu, menurut saya kurang,” ucapnya.
Nabila juga menuntut agar status wajib ma’had dapat dicabut.
“Saya menuntut untuk dicabut atau kalau tidak bisa lebih dimurahkan,” tutupnya.
Reporter: Muhammad Geizka Arielta
Editor: Moehammad Alfarizy