Beberapa mahasiswa memanfaatkan jaringan wifi di Depan Perpustakaan Universitas UIN Walisongo Semarang |
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Lilik Nur Istiadi bergegas menuju ke kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Segala keperluan dipersiapkannya. Tak lupa ia membawa beberapa buku dan laptop kesayangan. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) itu bukan bermaksud kuliah malam, melainkan hendak mencari bahan kuliah dari internet.
Lilik tak sendiri, banyak mahasiswa lain juga melakukan hal serupa. Teras perpustakaan institut menjadi salah satu tempat faforit berselancar di dunia maya. Selain luas dan bersih, mahasiswa tak perlu risau jika sewaktu-waktu batre laptop habis. Karena telah disediakan stopkontak oleh pengelola perpustakaan.
Meski sudah malam, tak sedikitpun mengurangi antusias mahasiswa dalam memanfaatkan fasilitas wifi. “Aksesnya lebih cepat,” aku Lilik. Disamping itu, suasana tenang membuatnya lebih nyaman. “Kalau siang, biasanya ramai,” tambah Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam itu.
Internet kini bukan barang asing lagi. Keberadaannya telah menjadi kebutuhan pokok, tak terkecuali untuk mahasiswa. Melalui jaringan internet, mereka dengan mudah memperoleh beragam informasi. Baik untuk keperluan kuliah, menambah pengetahuan atau sekedar sebagai hiburan.
Hampir seluruh area kampus, sudah disediakan jaringan internet. Civitas akademika, bisa memanfaatkannya dengan gratis selama 24 jam. Maka tak heran, setiap saat ada saja mahasiswa yang asyik internetan. Misalnya, di gedung kuliah, perputakaan hingga taman. Apalagi sebagian besar mereka, telah mempunyai laptop sendiri.
Meski hari libur, tak sedikitpun mengurangi minat mahasiswa dalam memanfaatkan wifi. Umi Salamah bercerita, setiap tanggal merah, ia lebih senang menghabiskan waktu untuk online di kampus. Dari pada, hanya malas-malasan di kos atau jalan ke suatu tempat.
Umi sapaan akrabnya menambahkan, fasilitas hotspot sangat menunjang kebutuhan akademik. Sebab tidak semua materi tersedia di perpustakaan. Banyak referensi bermutu yang bisa diakses dengan mudah. “Penat hilang, tugas pun kelar,” aku mahasisswi Perbankan Syariah ini.
Senada dengan Umi, Nisrinia mengaku begitu gemar internetan di kampus. Banyak hal yang dapat dilakukan, seperti membaca koran online hingga mengakses jurnal ilmiah. “Selain gratis, juga menambah berbagai informasi baru,” katanya.
Adanya wifi, membuat mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) itu merasa kerasan berada di kampus. Apalagi area hotspot, juga telah dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasana yang membuatnya bertambah nyaman.
Ia mencotohkan, area hotspot FITK terutama di taman dilengkapi dengan banyak tempat duduk. Setiap bangku terdapat stopkontak yang bisa digunakan kapan saja saat batre laptop mulai habis. “Suasanya pun sejuk, karena berada di bawah pohon-pohon besar,” akunya.
Selain itu, fasilitas wifi juga dimanfaatkan beberapa mahasiswa sebagai media wirausaha. Ruwaida misalnya,mahasiswi yang senang dengan dunia bisnis itu menjadi anggota di salah satu perusahaan kecantikan terkemuka yang menawarkan produk kosmetik berkualitas.
Ia mengaku, wifi kampus sangat membantu bisnis online yang dijalaninya. Akses pemesanan barang dari pelanggan jadi lebih mudah. Tidak butuh biaya pula, karena gratis. “Tak perlu repot-repot pergi ke warnet lagi,” ujarMahasiswa Fakultas Ushuluddin itu.
Bukan hanyamahasiswa, seluruh civitas akademika baik dosen dan pegawai juga turut menikmati manfaat wifi. Keberadaannya bisa menjadi sarana penunjang pendidikan. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas perkuliahan.
Bijak Menggunakan
Internetan bukan sekedar kebiasaan rutin lagi. Melainkan sudah menjadi gaya hidup yang umum dilakukan. Tak hanya dengan komputer jinjing, mahasiswa juga mulai memanfaatkan fasilitas wifi dengan samartphone. Kemajuan teknologi, membuat mereka bisa dengan mudah mengakses internet kapan saja dan dimana saja.
Ketua perpustakaan institut Miswan mengakui, dari waktu ke waktu intensitas mahasiswa pengguna wifi, khususnya di sekitar perpustakaan terus mengalami peningkatan. Sarana ini memang dibutuhkan dan bermanfaat bagi civitas akademika. Terutama untuk menunjang keperluan akademik.
Sayangnya, kebiasaan itu ternyata menimbulkan problem baru. Antusiasme penggunaan wifi, tak diimbangi dengan kesadaran menjaga kebersihan. Sampah sisa makanan dan minuman kerap dibiarkan begitu saja. Padahal sudah disediakan tempat sampah. Akibatnya, teras perpustakaan terlihat kotor.
“Saya pernah mengunggah fotonya ke facebook, dengan maksud menumbuhkan kesadaran menjaga kebersihan,” keluhnya.
Selain itu, lanjutnya, wifi justru digunakan sebagian mahasiswa hanya untuk sekedar bersenang-senang melalui media sosial, seperti facebook dan tweeter. Sikap ini memang tidak salah, tetapi alangkah lebih baik jika digunakan untuk mencari literatur yang sesuai dengan mata kuliahnya. “Kalau hanya untuk selingan tidak masalah,” pesannya.
Miswan mengharap,ada tuntutan akademis yang mewajibkanmahasiswa membaca jurnal ilmiah di internet. Dengan begitu, mahasiswa akan dilatih menggunakan wifi dengan bijak.
Lain lagi yang dialami Maya Rini Handayani. Dosen FDK ini mengaku, keberadaan wifi terkadang membuat perkuliahan terganggu. Karena ada mahasiswa yang tidak memperhatikan penjelasan dosen, tetapi sibuk internetan sendiri. “Biasanya facebookan,” akunya.
Mahasiswa yang berbuat demikian pasti tidak akan fokus menerima materi. Konsentrasinya akan terbagi dua, antara kuliah dan facebookan. Kalau ini terjadi, Maya lantas memberi dua pilihan. Menutup akses internet atau keluar kelas.
Dalam memanfaatkan wifi, lanjut Maya, mahasiswa harus menggunakan aturan. “Menyesuaikan situasi saja,” harapnya.
Kesadaran Diri
Kecenderungan mahasiswa menggunakan wifi sebagai hiburan, medapat perhatian serius dari Wenty. Ketua Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) ini mengimbau, agar menggunakan media sosial secara proposional. Tak masalah, kalau hanya untuk selingan.
“Jangan sampai merugikan diri sendiri,” pesannya.
Hingga kini, lanjut Wenty, jumlah wifi yang terdapat di kampus 1, 2, dan 3 mencapai 32 titik. Pihaknya terus mengupayakan agar semua area kampus UIN Walisongo terpasang fasilitas jaringan internet. Agar semua civitas akademika bisa mengaksesnya di mana saja.
Sebagai sebuah sarana, internet menyuguhkan berbagai informasi yang dapat diakses secara luas oleh siapapun. Berbagai hal dapat diketahui hanya dengan menggunakan kata kunci. Selain mempunyai manfaat, wifi juga mempunyai pengaruh negatif.
Wenty sadar benar adanya dampak negatif tersebut. Untuk itu, PTIPD telah membangun sistem proteksi berupa penyaring (filtering). Situs-situs yang tidak mendidik seperti pornografi secara otomatis tak akan dapat diakses.Langkah itu sebagai bentuk pencegahan terhadap kemungkinan penyalahgunaan wifi.
Hanya saja, sebaik apapun sistem proteksi pasti memiliki kelemahan. Di sini peran mahasiswalah yang paling penting. Mereka harus bisa memilah dan memilih informasi yang layak dibaca. Agar fasilitas wifi benar-benar bermanfaat bagi aktivitas civitas akademika. n