
Amanat.id– Mahasiswi Program Studi (Prodi) Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM), Lusi Resti Anggraini mendapatkan predikat Summa Cumlaude pada acara wisuda ke-97 di Auditorium II Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Sabtu (23/8/2025).
Lusi sempat bercerita bahwa dirinya pernah ditolak di beberapa universitas.
“Sebelumnya saya sempat tertolak beberapa universitas sampai lima kali hingga akhirnya lolos di UIN Semarang dengan jalur UM-PTKIN,” ujarnya.
Ia merasa kegagalan yang dialaminya justru menjadi motivasi untuk belajar lebih serius.
“Karena sering mengalami kegagalan, akhirnya ketika saya mendapatkan kesempatan untuk berkuliah, saya mulai belajar serius di bidang perkuliahan saya,” lanjutnya.
Selama berkuliah, Lusi menyadari bahwa kuliah bukan hanya tentang IPK tetapi juga kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa.
“Di pertengahan kuliah, saya mulai menyadari kalau yang kita butuhkan bukan IPK, tetapi bagaimana kita bisa punya kualitas yang bagus di luar,” tuturnya.
Menurutnya nilai memang penting tetapi portofolio juga dibutuhkan ketika mencari pekerjaan.
“Nilai penting, tetapi kualitas kita di luar juga harus oke. Karena itu yang bisa dijadikan portofolio kita ketika melamar kerja,” sambungnya.
Mahasiswa yang akrab disapa Lusi itu lulus dengan Skripsi berjudul “Learning Point: Perancangan Fasilitas Belajar Sebagai Wadah Pengembangan Skill dan Identitas Anak di Ibu Kota Nusantara”.
Ia menjelaskan bahwa pembahasan skripsinya mengenai perencanaan bimbingan belajar di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Skripsi saya secara singkat membahas tentang tempat bimbel anak SD yang direncanakan di Ibu Kota Nusantara dengan target user anak-anak dari Gen Z,” ujar Lusi.
Lusi menuturkan sempat menyebarkan kuisioner dengan responden target dari kalangan Gen Z.
“Ketika mendesain, saya melakukan riset dengan menyebar kuisioner untuk mereka yang sudah tinggal di IKN. Tetapi karena keadaan tidak memungkinkan akhirnya saya mengambil responden dari kalangan Gen Z secara umum,” paparnya.
Ia mengaku terinspirasi untuk membuat rancangan tempat belajar anak karena tertarik dengan dunia pendidikan.
“Saya sangat suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Sebab, pendidikan bisa sangat berpengaruh untuk sebuah negara terutama terkait kualitas warganya,” ucapnya.
Lusi juga mengatakan bahwa mahasiswa arsitektur bisa berlatih dengan mengikuti sayembara arsitektur.
“Di arsitektur bukan hanya CV yang kita lampirkan, tapi juga portofolio. Bagaimana caranya kita bisa menjual jasa desain kita dan itu bisa dilatih dari sayembara,” tuturnya.
Mahasiswi kelahiran Pandeglang itu mengaku pernah mendapatkan beberapa penghargaan dari sayembara yang diikutinya.
“Saya pernah menjadi best studio di Prodi ISAI dan karya saya dipresentasikan pada pameran Artmosfest di Planetarium saat itu. Sedangkan untuk sayembara, saya pernah dua kali mendapat top 10, yaitu pada sayembara arsitektur di UIN Malang dan salah satu Universitas di Sumatera,” jelasnya.
Selain mengikuti sayembara arsitektur, Lusi juga pernah melaksanakan magang sebanyak dua kali.
“Kebetulan saya magang dua kali. Yang pertama ketika semester 5, saya magang di arsitek terkenal, Andi Rahman. Setelah itu saat semester delapan, saya magang lagi secara mandiri,” ucapnya.
Ia mengaku pembelajaran yang didapatkan ketika kuliah masih kurang untuk diterapkan.
“Menurut saya ilmu-ilmu yang saya dapatkan di kampus masih kurang ketika saya mempraktikan ilmu arsitektur secara langsung,” ujarnya.
Ia juga berpesan untuk tidak menyia-nyiakan kehidupan dan terus memperbaiki diri.
“Saya selalu mengingat sebuah pesan yang mengatakan bahwa jangan pernah buang-buang kehidupanmu yang masih bisa diperbaiki, banyak resource yang masih bisa kita manfaatkan,” tutupnya.
Reporter: Nijam Alfatul Khasna
Editor: Moehammad Alfarizy