
Kudus adalah kota yang terkenal dengan Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus. Selain itu, tradisi-tradisi khas yang terkenal dari Kudus juga tidak luput dari perhatian. Salah satunya adalah tradisi yang dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan, yaitu Dandangan. Tradisi ini biasanya dilakukan 10 hari sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Mengutip dari kompas.com melalui buku Mengenal Perayaan Tradisional karya W. Dasanti, tradisi Dandangan telah dimulai sejak 450 tahun yang lalu oleh Syekh Ja’far Sodiq atau Sunan Kudus. Santri-santri akan berkumpul di pelataran Masjid Menara Kudus dan menunggu pengumuman yang akan disampaikan oleh Sunan Kudus.
Sehari sebelum puasa Ramadhan, Sunan Kudus akan mengumumkan awal bulan Ramadhan selepas solat Ashar di Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus memukul bedug yang berbunyi ‘dang dang dang’. Nama Dandangan sendiri diambil dari bunyi pukulan bedug tersebut.
Seiring berkembangnya zaman, Dandangan bukan semata hanya pemukulan bedug sebagai tanda awal masuk bulan Ramadhan, tetapi juga diisi oleh kirab budaya. Kirab dilakukan sehari sebelum masuk Ramadhan. Kirab budaya yang menampilkan beragam budaya Kudus ini akan mengitari Alun-Alun Kudus sejauh 1 kilometer dipimpin oleh Bupati Kudus.
Berbagai tari-tari tradisional dan pertunjukan lain ditampilkan oleh kelompok seniman, pelajar, dan masyarakat Kudus. Atraksi seni dari Barongan Gembong Kamijoyo, yaitu seni barongan Kabupaten Kudus berupa Singo Barong yang bergelar Gembong Kamijoyo. Ada juga Tari Kretek yang menceritakan awal mula pembuatan rokok kretek. Saat pertunjukannya, para penari perempuan menggunakan caping dan memegang tampah sedangkan penari pria menggunakan blangkon. Musik gamelan dan lirik lagu yang mengiringi berisi cerita tentang macam-macam rokok yang ada di Kudus. Ada juga Tari Jenang yang menceritakan tentang pembuatan jenang dari mengolah sampai selesai dan berbagai atraksi kesenian yang hanya dijumpai di Kudus.
Kemudian sore harinya, akan dilakukan pemukulan bedug sebanyak 2 kali seperti yang dilakukan Sunan Kudus dulu. Pemukulan pertama dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat. Pemukulan bedug kedua dilakukan sebagai keputusan dan pengumuman telah memasuki awal bulan Ramadhan. Dilansir dari detik.com, menurut Denny Nur Hakim, Humas Yayasan Masjid, penyampaian pengumuman itu dinamakan Blandrangan.
Masyarakat yang datang untuk mendengar pengumuman tersebut bukan hanya dari Kudus tetapi dari berbagai daerah seperti Demak, Jepara, Pati, dan daerah sekitar. Dandangan juga dapat disebut sebagai pasar malam atau festival rakyat sebelum Ramadhan. Mereka datang untuk menyaksikan kemeriahan dan kelestarian budaya dari Dandangan. Kudus yang terkenal dengan berbagai nama pondok pesantren pun, santriwan santriwatinya akan membuat acara semakin ramai dengan atmosfer khas pondokan.
Dandangan juga terkenal dengan banyaknya penjual yang menjual beragam barang, makanan, dan serba-serbi Ramadhan. Penjual akan berderet sepanjang jalan menuju Masjid Menara Kudus yang menambah kesan meriah dari tradisi ini. Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dari detik.com, ada sekitar 400 penjual yang meramaikan acara ini dengan stand-stand jualan mereka. Selain melestarikan budaya dan tradisi, juga dapat meningkatkan sektor perekonomian masyarakat Kudus.
Di kota lain juga pasti memiliki tradisi khas lainnya, tetapi prosesi Dandangan dari kirab budaya sampai pemukulan bedug hanya ada di Kudus. Tari-tarian atau atraksi seni yang ditampilkan benar-benar kesenian khas Kudus yang jarang ditemui di daerah lain. Misalnya, Tari Kretek dan Tari Jenang karena Kudus dikenal sebagai kota kretek dan produksi jenangnya. Jika kalian orang Kudus atau tinggal di daerah sekitarnya tetapi tidak menyaksikan setiap prosesi Dandangan ini pasti menyesal. Acaranya digelar meriah dan sarat akan makna tradisi juga pesan untuk melestarikan budaya agar tidak tergerus perkembangan zaman.
Penulis: Nailatul Fitroh
Editor: Eva Salsabila