Trend bergerak, cukup cepat di era disrupsi seperti sekarang. Dunia yang berjalan diiringi pesatnya perkembangan teknologi digital menuntun infomasi mengalir deras, menciptakan trend baru dalam waktu singkat, dan hilang begitu saja ketika ada trend lain yang naik ke permukaan.
Pergerakan tren yang begitu cepat menuntut seseorang mampu mengikuti perubahan. Mereka yang gagal mengikuti arus, akan dianggap pribadi yang kaku.
Masalahnya, tidak semua orang siap akan perubahan yang terjadi. Mereka kemudian hanya mengikuti apa yang sedang nge-trend tanpa memahami bagaimana hal itu bisa terjadi.
Di masa pandemi COVID-19 misalnya, ada beberapa tren panic buying yang cukup heboh hingga merugikan berbagai pihak. Beberapa bulan lalu, salah satu brand susu beruang diburu masyarakat, dan membuat stok langka dan harga naik drastis. Kejadian tersebut seperti mengulang kasus kelangkaan masker di awal pandemi.
Panic buying terjadi akibat masyarakat tidak bisa mengontrol dirinya dalam melakukan tindakan dalam merespon kejadian yang sedang trending. Masyarakat tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang terlihat benar.
Kondisi tersebut terjadi karena seseorang tidak memahami apa itu konsep diri. Konsep diri bisa diartikan sebagai pandangan pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Nah, apakah kalian telah memahmi “konsep diri” kalian?
Konsep diri bagi Jalaludin Rakhmat (2018) menjadi hal esensial dan berpngaruh dalam kemampuan mengontrol diri di era disrupsi. Melalui konsep diri itulah, seseorang mampu memahami dirinya dalam menentukan perilaku yang akan ditimbulkannya dalam realitas kehidupan.
Seseorang yang memahami konsep diri, berarti telah mengenal dirinya sendiri. Ia akan mampu bersikap skeptis dan bisa berpikir kritis atas apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitar.
Dalam hidup, kita berusaha melakukan sesuai dengan label yang kita lekatkan dalam diri kita. Kita bisa menyesuaikan karakter diri kita dengan apa yang seharusnya kita lakukan dalam merespon fenomena yang terjadi, tidak terlalu memaksakan diri atas apa yang tidak mampu dan mau untuk dilakukan.
You don’t think what you are, you are what you think.
Hal ini senada dengan pandangan George Mead (1934) yang menyatakan bahwa konsep diri menggambarkan persepsi individu mengenai dirinya yang diperoleh melalui hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Ketika kita telah mampu memahami dan memiliki konsep diri yang kuat, kita bisa mengontrol diri kita di tengah derasnya arus informasi dan pergerakan trend di era disrupsi ini.
Dengan itu, seharusnya kejadian panic buying tidak terulang. Atau setidaknya kita tidak terjebak dalam arus trend tersebut di kemudian hari.