Amanat.id- Surat Kabar Mahasiswa (SKM) mengadakan Diskusi Publik dan Launching Film Dokumenter di Landmark Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Senin (14/10/2024).
Mengangkat kasus agraria, film dokumenter berjudul “Tanah Kami, Hidup Kami” yang menjelaskan persengketaan tanah antara PT. Laju Perdana Indah (LPI) dengan para petani di Pundenrejo, Pati.
Pemimpin Umum SKM Amanat, Kasyfillah Avecinna menjelaskan bahwa acara tersebut ditujukan sebagai ruang diskusi untuk merespons konflik agraria Pundenrejo.
“Utamanya dari diskusi publik dan launching film dokumenter bertujuan agar karya ini bisa menjadi bahan diskursus dalam merespons konflik yang terjadi di Pundenrejo,” ungkapnya.
Sebelum memutuskan untuk memilih konflik di Pundenrejo yang memiliki sejarah panjang dan penyelesaian yang berlarut-larut, Kasyfillah menerangkan bahwa Tim Film Dokumenter SKM Amanat sempat mempertimbangkan beberapa konflik di Jawa Tengah, seperti PLTU Batang dan proyek geotermal di Dieng.
“Kami merasa perlu menaruh lensa kami di Pundenrejo dan ikut mengangkat suara petani yang selama ini dibungkam oleh kekuatan modal,” jelasnya.
Dirinya juga menjelaskan proses produksi film dokumenter melibatkan berbagai pihak eksternal, termasuk Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang dan Gerakan Masyarakat Pundenrejo (GermaPun).
“Proses produksi kami melibatkan berbagai pihak eksternal, seperti LBH semarang dan dulur-dulur dari GermaPun,” tuturnya.
Kasyfillah juga berencana film dokumenter tersebut akan diputar bersama dengan para petani di Pundenrejo.
“Rencana ke depannya adalah memutar film ini bersama para petani Pundenrejo,” katanya.
Sementara itu, Pemimpin Produksi Film Dokumenter Salsabila Alifia Widuri, menyampaikan bahwa banyaknya narasumber yang sudah lanjut usia menjadi tantangan tersendiri dalam menemukan benang merah permasalahan dalam proses riset.
“Banyaknya narasumber yang sudah lanjut usia menjadi tantangan dalam menentukan runtutan waktunya,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ketelitian diperlukan ketika ada perbedaan tahun yang disebutkan narasumber.
“Misalkan dari data tahun 65, tapi narasumber menyebut 67. Kita perlu teliti untuk membenarkan narasumber dan mengarahkan framing yang tepat,” sambungnya.
Salsabila menambahkan bahwa warga di Pundenrejo tampak antusias hingga mengerumuni Tim Dokumenter saat melakukan perekaman video.
“Meskipun beberapa dari mereka bukan narasumber yang kita target, mereka tetap bersedia diajak mengobrol dan berbagi informasi terbaru mengenai PT. LPI,” terangnya.
Ia berharap warga dapat kembali mendapatkan hak dan keadilan setelah hampir dua puluh tahun sulit untuk bekerja dan bercocok tanam.
“Semoga warga kembali mendapatkan hak keadilan mereka,” harapnya.
Reporter: Ahmad Kholilurrokhman
Editor: Eka R.