“Tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk dicapai, karena mimpi itu akan menuntun kalian melampaui batas dan menuju kesuksesan”
Amanat.id- Itulah motivasi yang selalu diingat Khoirul Adib, mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknologi Informai (TI) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, mahasiswa kelahiran Tuban yang berhasil menyelesaikan masa studinya dalam kurun waktu 3,3 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97.
Adib berhasil lulus dengan gelar wisudawan terbaik melalui skripsinya yang berjudul “Chatbot Cerdas Fiqih Berbasis Kitab Fathul Qorib”, dan dikerjakannya selama 2 bulan.
Dedikasinya dalam bidang teknologi dan kontribusi sosial seperti mengurus masjid, berorganisasi, dan bekerja secara freelance. Meskipun demikian, di tengah kesibukannya Adib tetap berprestasi di ranah nasional hingga ke internasional.
Beberapa pencapaian internasional yang diraihnya antara lain, Gold Medal di 1Idea1World Startup Competition di Istanbul, Turki (2022), Silver Medal di WICO, Korea Selatan (2023), Gold Medal di WYIE, Malaysia (2023), dan Gold Medal di JDIE, Jepang (2024), dan lain-lain.
“Kesibukannya tidak menjadi hambatan, justru menjadi pemacu untuk terus berkembang dan mencetak prestasi gemilang,” tuturnya, Jumat (1/11).
Selain itu, Adib juga menerima penghargaan dari Ibu Gubernur Jawa Timur sebagai Pemuda Utama Provinsi Jawa Timur 2023.
“Penghargaan ini diberikan atas kontribusi dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat, terutama dalam meningkatkan digitalisasi dan edukasi pemanfaatan teknologi di Jawa Timur,” imbuhnya.
Tidak usai di sana, Adib juga terpilih sebagai Awardee salah satu beasiswa dari Kementrian Agama dan berkesempatan mengikuti pertukaran pelajar di Rochester Institute of Technology, Amerika Serikat hingga mengikuti short course di University of Malaya dan National University of Singapore (NUS).
“Mosma Scholarship memberi kesempatan saya untuk belajar di Amerika Serikat selama satu semester dan saya juga pernah mengikuti short course di NUS,” ucapnya.
Namun, perjalanan menuju semua pencapaian gemilangnya itu tidaklah mudah. Adib menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan hingga kemudian dirinya dapat berkembang dan bertumbuh menjadi lebih baik.
“Harus melalui proses panjang dan setiap pengalaman yang diperoleh memberikan motivasi untuk terus berkembang dan tumbuh lebih baik,” tuturnya.
Salah satu tantangan yang ia alami ialah harus kehilangan ibu tercinta saat mengikuti lomba di Korea Selatan. Walaupun, hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk terus meraih prestasi.
“Saat itu saya juga harus kehilangan sosok ibu. Meskipun begitu, kehilangan ini memotivasi saya untuk terus melangkah maju dan meraih impian yang lebih besar,” ujarnya.
Lika-Liku Tugas Akhir
Adib juga memiliki beberapa karya ilmiah yang telah berhasil terbit di SINTA 3. Meski ada peluang untuk dirinya lulus tanpa skripsi, dirinya memilih untuk merasakan proses yang sama dengan teman-temannya dengan lulus melalui jalur skripsi.
“Tawaran untuk lulus tanpa skripsi tentunya ada, tapi dengan berbagai pertimbangan saya mantap untuk lulus dengan skripsi. Saya ingin melewati proses yang sama dengan teman-teman,” paparnya.
Ide skripsinya, Khoirul Adib dapatkan ketika dirinya menjalani studi di Amerika, yang mana saat itu dirinya mulai mempelajari tentang Artificial Intellegance (AI).
“Ketika saya pulang belajar dari Amerika, saya belajar sedikit mengenai AI, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba melalukan riset terkait chatbot cerdas dengan subjek fiqih berbasis kitab fathul qorib” tuturnya.
Selain itu, sambung Adib, untuk memberikan kontribusi dalam dunia keilmuan yang dikuasainya, Adib ingin bermanfaat bagi masyarakat melalui karyanya.
“Saya ingin berkontribusi terhadap keilmuan yang saya pelajari dan mengkolaborasikannya dengan ilmu fiqih untuk memudahkan masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai hukum fiqih dengan mudah,” katanya.
Walaupun sempat ragu dengan penelitiannya, Adib tetap bersemangat karena mendapat support penuh dari Ketua Program Studi (Kaprodi) dan berhasil menyelesaikan projek skripsinya saat dirinya tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Karena ini merupakan topik riset yang lumayan baru, dan saya iseng mengerjakannya ketika sedang KKN jadi saya sempat tidak yakin bisa selesai. Namun, projek ini mendapat support penuh dari Kaprodi,” jelasnya.
Dari Keterbatasan Menuju Keberhasilan
Adib lahir dari keluarga sederhana tanpa latar belakang pendidikan formal yang tinggi, di mana ayah dan ibunya hanya menyelesaikan pendidikan hingga SD dan SMP. Dengan segala keterbatasan, kondisi ini justru menjadi motivasi bagi Adib untuk mengubah nasib dan meraih pendidikan yang lebih tinggi.
“Keduanya bekerja sebagai pedagang di pasar desa. Meski menghadapi keterbatasan, kondisi ini memotivasi saya untuk mengubah nasib dan meraih pendidikan yang lebih tinggi,” ujarnya.
Meski tinggal di daerah yang jauh dari kota, Khoirul Adib bertekad untuk berprestasi dengan bermodalkan kegemarannya pada matematika. Hingga kemudian ketika menginjak sekolah menengah, Adib mulai tertarik pada bidang teknologi.
“Saat bersekolah di MAN 2 Bojonegoro, saya menemukan minat baru di bidang teknologi. Berkat dukungan dari orang tua, keluarga, dan guru-guru, saya berhasil meraih prestasi hingga tingkat nasional,” paparnya.
Selama di Semarang, Adib juga menjadi seorang takmir di sebuah masjid sekaligus mengamalkan ilmu yang telah ia dapat selama di pondok.
“Di sini saya menjadi marbot di Masjid Al-Iman. Selain memberi banyak motivasi, saya juga dapat mengamalkan ilmu yang pernah dipelajari di pesantren Ihyaa’usunnah, Bojonegoro,” katanya.
Dari apa yang telah di capainya selama ini, Adib berniat untuk mendalami bidang teknologi sebagai peneliti ataupun praktisi.
“Saya masih punya mimpi besar untuk bisa tumbuh lebih baik, saya akan lebih fokus sebagai peneliti atau praktisi di bidang teknologi,” ucapnya.
Khoirul Adib juga menyampaikan pesan untuk ibunya yang sudah berpulang. Baginya, sosok ibu telah memberikan dampak besar dalam kehidupannya.
“Bagi saya ibu adalah salah satu inspiratif dan support, yang selalu mengajarkan arti keikhlasan dan ketekunan untuk tidak takut melangkah. Semua ini berkat tirakat beliau,” katanya.
Di akhir, ia memberikan motivasi setelah melalui perjuangan yang panjang.
“Intinya kerjakan apa yang menjadi target kita, insyaa Allah hasil akan mengikuti apa yang sudah menjadi usaha besar kita,” pungkasnya.
Reporter: Dwi Khoiriyatun Nikmah
Editor: Eka R.