
Amanat.id– UIN Walisongo adakan Ramah Tamah dan Bedah Buku bersama Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri atau dikenal Habib Ali Al Jufri di Auditorium I kampus I UIN Walisongo Rabu malam, (4/11/2019).
Dalam acara yang bertajuk “Peri Kemanusiaan Sebelum Kereligiusan”, Habib Ali menyampaikan bahwa peri kemanusiaan berbeda pengertian dengan teori humanisme.
Menurutnya, peri kemanusiaan sering dikaitkan dengan moral yang wadahnya agama sedangkan istilah humanisme berasal dari filsafat eropa. Sejarah humanisme berawal dari abad pertengahan di mana terjadi perdebatan antara kaum religius dengan para saintis.
“Dalam hal ini bangsa Eropa ikut campur dan membuat keadaan semakin buruk hingga banyak terjadi pertumpahan darah mengatasnamakan agama. Disusul revolusi Perancis dan revolusi teoris yang berakibat rakyat dihakimi dan dipenggal dengan aniaya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dari sejarah kelam tersebut munculah sikap nasionalis untuk menciptakan teori filosof, lalu terwujud perjanjian antara rakyat dengan pemerintah yang dikenal sistem humanisme.
“Konsep humanisme menginginkan konsep yang berkaitan dengan langit, bahkan menganggap Tuhan sudah mati,” ujarnya dalam terjemah Indonesia.
Konsep yang diterapkan dalam agama adalah konsep peri kemanusiaan. Dalam beragama sendiri ada rukun beragama, yakni iman, islam, ihsan.
Ia juga menambahkan, tingkat kemanusiaan sebelum kereligiusan tokoh itu berbeda, misalnya kereligiusan Ali bin Abi Thalib dengan Abdurrahman bin Muljam yang notabennya seorang penghafal Al Qur’an, ahli qiyamul lail, namun membunuh Ali bin Abi Thalib.
Menurutnya, menjaga bangsa merupakan bagian dari peri kemanusiaan dan moral yang baik.
“Mata yang indah tak lain mata yang tak terpejam untuk menjaga keamanan bangsanya,” tutup Habib Ali dengan bahasa Arab yang diterjemahkan.
Ramah tamah dan bedah buku yang dibuka langsung oleh Rektor Imam Taufiq ini juga turut mengundang al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, serta Gus Muwafiq.
Reporter: Ati Auliyaur
Editor: Rima Dian P.