
Amanat.id– Pengrusakan fasilitas muncul dalam insiden cekcok dan pemblokiran jalan saat acara visit Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM-U) di Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kamis (14/8/2025).
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo, Muhammad Mu’tasim Billah menuturkan adanya upaya tindakan perusakan backdrop PBAK ketika terjadi pemblokiran jalan.
“Kawan-kawan yang memblokade jalan menyalahkan kami kalau tidak koordinatif dengan DEMA-F. Ada perusakan di backdrop PBAK sebagai penghalang,” katanya.
Ia juga menyayangkan adanya tindakan psywar kepada penyelenggara PBAK.
“Tindakan psywar blayer motor terjadi ketika pemulangan,” terangnya.
Menurutnya pemblokiran jalan pada saat PBAK merupakan tindakan arogan.
“Tindakan pemblokiran ini adalah tindakan arogan, tidak kooperatif, dan tidak menghargai penyelenggara sebagai penanggung jawab,” ujarnya.
Ia menegaskan perusakan properti merupakan tanggung jawab UKM-U.
“Perusakan properti PBAK merupakan tanggung jawab ketua UKM/UKK,” tegasnya kepada tim Amanat.id, Senin (18/8).
Tasim mengaku DEMA UIN Walisongo sudah mengarahkan maba untuk melakukan visit UKM.
“Penutupan selesai di jam 16.09 WIB. Dari panitia DEMA U sudah mengarahkan koordinator fakultas untuk mengkondisikan mahasiswa baru untuk visit,” katanya.
Lanjutnya, ada beberapa fakultas yang menarik massa dari Lapangan Utama.
“Beberapa fakultas ada yang menarik diri dan beberapa masih stay. Chaos terjadi di lapangan Utama saat itu, dan posisi kawan kawan DEMA-U mengingatkan lewat panggung utama untuk sesegera mungkin visit,” imbuhnya.
Tasim memaparkan kurang maksimalnya visit akibat kondisi lapangan tidak kondusif.
“Secara schedule sudah waktunya pulang, dan beberapa mahasiswa baru sudah tidak kondusif apabila melakukan visit lagi. Expo UKM paling lama dalam PBAK di UIN Walisongo lebih dari 4 jam hanya untuk penampilan,” paparnya.
Ia menegaskan sudah melakukan koordinasi dengan birokrasi mengenai masalah visit UKM-U.
“Saya berkoordinasi dengan Wakil Rektor (WR) III akan ada pembinaan terkait UKM/UKK U dan UKM U induk merger terkait perihal PBAK kemarin,” ucapnya.
Ia juga mengaku sudah menawarkan solusi terkait visit UKM-U yang kurang maksimal.
“Kawan-kawan UKM-U bisa di branding di akun sosial media UIN Walisongo, kemudian akan dilaksanakan Expo kembali di luar PBAK sekaligus pemberian sertifikat dengan catatan sudah mendapatkan stempel dari UKM /UKK minimal 2,” akunya.
Menanggapi masalah adanya indikasi mobilisasi Organisasi Eksternal (Ormek) dari pihak fakultas, Tasim mengatakan sudah ada regulasi yang jelas.
“Sudah ada Peraturan Mahasiswa (Perma) nomor 2 tahun 2025 soal Pedoman PBAK dan Tata Tertib PBAK 2025,” ujarnya.
Ia menegaskan akan menindaklanjuti ketika terjadi pelanggaran pada Perma nomor 2 tahun 2025.
“Jika ditanya penyelenggara punya tindakan tegas atau tidak, kemarin sudah saya tindak dan saya sampaikan sesuai ketentuan yang ada jika terjadi pelanggaran,” tegasnya.
Tanggapan UKM-U
Lurah Teater Mimbar, Ucok menganggap penyematan tindakan arogan kepada UKM-U merupakan klaim sepihak dari DEMA UIN Walisongo.
“Bagi saya klaim arogan itu sepihak. Karena itu pure bentuk ekspresi karena juga tidak ada niatan perusakan fasilitas,” ujarnya saat diwawancarai langsung, Rabu (20/8).
Menurutnya perusakan backdrop disebabkan karena DEMA UIN Walisongo belum memberikan solusi yang konkret.
“Terkait dengan perusakan dari UKM-U, kenapa kita tidak mendengarkan DEMA-U saat di lapangan? karena bagi kami tidak ada solusi yang konkret saat itu,” tegasnya.
Ia menuturkan perusakan backdrop PBAK dilakukan hanya sekedar untuk menjadi pembatas.
“Kita hanya merobohkan backdrop PBAK untuk menjadi pembatas antara UKM-U dan pihak DEMA-F ketika cekcok. Juga agar DEMA-U datang ke sana sebagai penengah,” jelasnya.
Menurut Ucok, DEMA UIN Walisongo juga turut melakukan tindakan arogan dengan merubah rundown PBAK.
“Terkait arogan itu kita juga bisa menuntut, yang arogan itu siapa? Merubah rundown yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal,” katanya.
Senada dengan Ucok, Salah satu anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mawapala), Ahmad Arifin menilai perusakan backdrop sebagai bentuk kekecewaan.
“Kalau menurut saya itu bentuk kekecewaan terhadap rundown acaranya yang berubah,” ucapnya.
Menurutnya medium penyaluran ekspresi dapat melalui berbagai hal.
“Kita mengekspresikan pun bebas harus seperti apa. Bisa menggunakan lagu, coretan atau apa pun,” tuturnya.
Arifin mengaku menggeber motor saat pemblokiran jalan merupakan bentuk arogansi.
“Menurut saya yang perusakan itu ekspresi kita, akan tetapi ada yang geber-geber motor itu yang arogan,” imbuhnya.
Bantahan Mobilisasi Massa
Saat terjadi cekcok pada Kamis (14/8) lalu, beberapa anggota UKM-U menganggap adanya upaya mobilisasi massa yang dilakukan oleh Organisasi Eksternal (Ormek) melalui DEMA-F.
Hal tersebut terjadi lantaran maba meninggalkan Lapangan Utama Kampus 3 UIN Walisongo saat waktu visit UKM-U belum sepenuhnya usai.
Ketua DEMA FITK, Muhammad Novan Heromando menilai pihaknya sudah memberikan arahan untuk visit UKM-U.
“Kalau mahasiswa FITK itu sendiri sudah diarahkan oleh teman-teman panitia. Dengan kewajiban instruksi dari panitia PBAK untuk mendapatkan tanda tangan dari UKM-U,” jelasnya.
Ia juga membantah klaim penarikan masa dari Lapangan Utama Kampus 3 oleh DEMA-F.
“Dari kami Tarbiyah tidak ada yang namanya penarikan massa. Sudah dikoordinasikan dari jajaran DEMA-U untuk tidak menarik massa, kemudian instruksi nya juga sampai ke Koordinator Fakultas,” paparnya.
Menurutnya hal tersebut terjadi secara organik dari mahasiswa baru.
“Fakta di lapangan tidak ada instruksi untuk menarik massa. Memang dari mahasiswa barunya sendiri yang itu tumbuh secara organik,” tambahnya.
Novan mengaku aktivitas Ormek sudah diatur dalam Tata Tertib PBAK.
“Sudah diatur terkait dengan organisasi eksternal yang masuk di kampus dan lain sebagainya saat agenda PBAK. Di luar kampus 2 juga damai, bahkan saya lihat teman-teman ekstra membuat video dan foto bersama,” akunya.
Berbeda dengan Novan, Ketua DEMA FEBI, Alfa Rizki Madhani mengaku ada miskomunikasi antara DEMA UIN Walisongo dengan DEMA-F.
“Terkait massa fakultas yang kembali pasca penutupan itu merupakan miskomunikasi antara DEMA-U dengan fakultas masing masing, karena pasca penutupan dari univ ada anggapan untuk kembali ke fakultas masing masing,” akunya.
Alfa juga membantah adanya indikasi mobilisasi Ormek saat visit UKM-U.
“Tidak ada kaitannya sama sekali dengan Ormek, hal ini pure karena sudah terlalu sore dan kami memikirkan maba kami yang sudah capek supaya bisa istirahat,” tegasnya.
Ia juga menyayangkan adanya keterlambatan saat visit UKM-U.
“Bayangkan saja kalau jadi visit UKM-U. upacara sampai jam 5 terus mobilitas sampai fakultas mau sampai jam berapa? Pengkondisian maba juga membutuhkan waktu lama,” tutupnya.
Reporter: Moehammad Alfarizy