
Amanat.id– Debat calon ketua dan wakil ketua Dema UIN Walisongo yang dilaksanakan di Gedung Q Fakultas Sains dan Teknologi berlangsung damai, Jumat (14/12/18).
Keempat kandidat dalam acara tersebut memaparkan berbagai argumen, progam, dan janji ketika akan menjabat sebagai ketua dan wakil ketua Dema-U.
Namun, di samping itu ketika di akhir acara, panelis menilai para kandidat banyak memaparkan hal-hal yang seharusnya tidak disampaikan. Diantaranya, menyampaikan asal organisasi ekstra.
“Seharusnya para kandidat memperkenalkan secara tegas dari partai mana dan menyampaikan visi dan misinya, bukan malah menyampaikan asal organisasi,” tutur Rikyatul MH selaku panelis.
Menurutnya, dalam debat tersebut yang dibahas seharusnya mengenai kebijakan dan kepentingan dari mahasiswa bukan dari organisasi ekstra.
“Ini debat kandidat capres cawapres dari KAMMI apa mahasiswa? Ini debat capres cawapres dari HMI apa mahasiswa ? Ini debat capres cawapres dari PMII apa mahasiswa? ini debat capres cawapres dari GMNI apa mahasiswa? benar mahasiswa? kenapa dari tadi selalu membahas mengenai keterpojokan salah satu ekstra, ekstra, dan ekstra,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan, seharusnya Dema sebagai lembaga eksekutif, Sema sebagai lembaga legislatif. Ia sangat berharap baik calon maupun semua warga UIN Walisongo bisa menanam mainset bahwa kita adalah mahasiswa, Agent of Change, Agent Social of Control.
“Kenapa dari awal sampai akhir selalu membahas tentang saya dari ekstra ini, UKM ini, kenapa kalian tidak menunjukan saya calon dema dari partai PPM, PMB,PKM, PMD, mengusung visi ini secara totalitas tidak perlu ada pembahasan mengenai yang lainnya yang tidak penting untuk dibahas,” cecarnya.
Kemudian acara tersebut ditutup oleh panelis dengan mengucapkan sumpah mahasiswa dan diikuti seluruh yang hadir.
Reporter : Umar, Hasib
Editor : Rima DP.