• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 24 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Menelusuri Penyebab Pelecehan Seksual di Dunia Pendidikan

Kasus pelecehan seksual di dunia pendidikan Indonesia masih sering terjadi dengan memanfaatkan kerentanan psikologis korban oleh pelaku

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
4 bulan ago
in Opini
0

Baca juga

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

Luka di Balik Hari Raya

pelecehan seksual, pelecehan seksual di kampus, kekerasan seksual, penyebab pelecehan seksual, manipulasi psikologis
Ilustrasi bayangan seseorang (pixabay.com).

Kasus pelecehan seksual masih menjadi noda hitam dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu yang terbaru, yakni kasus yang melibatkan dosen berinisial LR di sebuah universitas di Kota Mataram. Dilansir dari kicknews.today, diduga LR telah mencabuli 22 orang termasuk mahasiswa dan alumni. Modus operandi yang digunakan LR diantaranya menyebarkan doktrin palsu untuk membujuk korban agar melakukan tindakan tidak senonoh dengan dalih keagamaan. Kasus ini menjadi contoh dari banyaknya faktor yang memungkinkan pelecehan seksual terjadi dalam lingkungan pendidikan yang lebih kompleks dari sekadar tindakan individu pelaku.

Dikutip dari Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara yang berjudul Tinjauan Kriminologis Terhadap Kekerasan Seksual pada Perempuan, penyebab utama terjadinya pelecehan seksual dalam dunia pendidikan tidak hanya terletak pada perilaku pelaku, melainkan faktor struktural dan psikologis yang membentuk kerentanan korban. Salah satunya adalah kesepian dan isolasi sosial yang sering dialami mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa terpisah dari teman-teman atau keluarga, terutama ketika mereka berada jauh dari rumah. Rasa kesepian ini sering dimanfaatkan oleh pelaku untuk mengeksploitasi korban karena mereka merasa tidak memiliki tempat untuk menggantungkan harapan atau mengungkapkan masalah yang dihadapi. Dalam kondisi seperti ini, korban cenderung lebih mudah dipengaruhi dan diperdaya oleh pelaku yang menawarkan perhatian atau janji-janji palsu.

Faktor lain yang berperan dari terjadinya pelecehan seksual adalah tekanan akademik. Di dunia pendidikan, mahasiswa seringkali berada di bawah tekanan untuk meraih nilai tinggi, memenuhi harapan orang tua, dan mempertahankan status akademik mereka.

Menurut Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains yang berjudul ‘Analisis Relasi Kuasa Michel Foucault: Studi Kasus Fenomena Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi’, dalam kondisi ini, mahasiswa yang kesulitan atau merasa terancam akan nilai mereka merasa terjebak dalam situasi harus tunduk pada tuntutan oknum dosen yang memiliki kendali atas nilai dan masa depan akademik mereka. Tekanan ini ketika dipadukan dengan ketergantungan pada pelaku, menciptakan kondisi yang rentan terjadinya pelecehan seksual.

Selain itu, manipulasi psikologis yang dilakukan pelaku turut memperburuk situasi. Pelaku tidak hanya memanfaatkan ketergantungan akademik atau sosial, seringkali pelaku menggunakan pendekatan psikologis untuk menanamkan rasa takut atau rasa bersalah pada korban, sehingga mereka merasa tidak bisa melawan atau melaporkan perbuatan tersebut. Dalam kasus LR misalnya, ia memanfaatkan ajaran agama untuk memberikan justifikasi moral bagi perbuatannya yang semakin membingungkan korban, sehingga korban merasa sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Motif pelaku dalam kasus seperti ini seringkali dipengaruhi oleh dorongan untuk merasakan kekuasaan dan kontrol. Sebagai seorang dosen yang memiliki otoritas atas nilai dan masa depan akademik mahasiswa, LR merasa memiliki hak untuk mendominasi kehidupan pribadi dan seksual korban. Dengan memanfaatkan posisi tersebut, LR merasa bebas untuk melakukan pelecehan tanpa takut akan akibat atau pembalasan. Selain itu, dorongan untuk memenuhi kepuasan pribadi, terutama berkaitan dengan kekuasaan atas korban sering kali menjadi faktor yang mendorong tindakan pelecehan. Dalam hal ini, LR mungkin merasa dapat memanfaatkan ketergantungan akademik korban untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa, penting untuk memahami bahwa dukungan sosial adalah salah satu kunci utama dalam pencegahan pelecehan seksual. Mahasiswa harus merasa memiliki jaringan sosial yang solid, baik itu teman, organisasi kampus, atau keluarga yang dapat menjadi tempat mereka mencari bantuan dan dukungan ketika menghadapi masalah. Kesadaran tentang pentingnya membangun hubungan sosial yang positif dan saling mendukung sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mahasiswa.

Selain itu, mahasiswa juga perlu dilibatkan dalam pendidikan yang menekankan pentingnya integritas dan kewaspadaan terhadap manipulasi, serta memberi mereka pemahaman yang jelas tentang batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan profesional dan akademik. Kampus juga harus menyediakan saluran yang aman bagi mahasiswa untuk melaporkan kekerasan atau pelecehan tanpa rasa takut akan pembalasan atau stigma.

Pada akhirnya, untuk menciptakan dunia pendidikan yang aman, kita harus menjaga kebersamaan dan saling mendukung sesama. Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun karakter, rasa tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap sesama. Dengan membangun komunitas yang saling peduli dan menjaga integritas, diharapkan kasus-kasus pelecehan seksual yang marak terjadi dalam dunia pendidikan dapat dicegah dan ditangani dengan lebih baik.

Penulis: Meyra Karunia Putri
Editor: Azkiya Salsa A.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: kekerasan seksualmanipulasi psikologisPelecehan seksualpelecehan seksual di kampuspenyebab pelecehan seksual
Previous Post

Potret Dehumanisasi Sosial dari yang Menangis Sepanjang Hari

Next Post

Hijau

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

burnout, gejala burnout, dampak psikologi burnout, dampak burnout mahasiswa, gejala gangguan mental
Opini

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

by Nadia Safwa Aqila
23 Mei 2025
0

...

Read more
Student Loan, Pinjaman Pendidikan, Pinjaman Pendidikan Mahasiswa, Biaya Kuliah Mahasiswa, KMI

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

29 April 2025
hari raya, kesenjangan sosial, fenomena kesenjangan sosial, momen hari raya, ketimpangan sosial

Luka di Balik Hari Raya

1 April 2025
Ke Mekkah Modal Nekat, Fenomena Haji Jalan Kaki, Tren Haji Jalan Kaki, Penyebab Haji Jalan Kaki, Jalan Kaki Ke Mekkah

Ke Mekkah Modal Nekat, Spiritualitas atau Konten Semata?

13 Maret 2025
danantara, daya anagata nusantara, investasi danantara, cara kerja danantara, prabowo subianto

Danantara, Harapan atau Ladang Korupsi Baru?

27 Februari 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Nanda Pambudi, HM PBI, HMJ PBI UIN Walisongo, Tips Pengembangan Diri, UIN Walisongo

Nanda Pambudi Beri Tips Sukses Hadapi Kesenjangan Digital dan Skill

15 Mei 2025
dema uin walisongo, satgas ppks, satgas ppks uin walisongo, psga uin walisongo, kasus kekerasan seksual, uin walisongo

DEMA UIN Walisongo Desak Rektorat untuk Bentuk Satgas PPKS

23 Mei 2025
burnout, gejala burnout, dampak psikologi burnout, dampak burnout mahasiswa, gejala gangguan mental

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

23 Mei 2025
Secangkir Kopi, Kedai Kopi Literasi, Kedai Kopi Mahasiswa, Philocoffe Street, UIN Walisongo

Segenggam Rezeki dalam Secangkir Kopi

22 Mei 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend