Amanat.id – Ahmad Mustofa Bisri atau yang lebih akrab disapa Gus Mus, menjadi salah satu pengisi acara Ngaji Budaya dan Peluncuran Buku “Fatwa dan Canda Kiai Saridin” karya Rektor UIN Walisongo, Muhibbin di Gedung Serba Guna (GSG), Sabtu (06/04/2019).
Gus Mus mengatakan bahwa, buku Muhibbin memuat sindiran pada kondisi saat ini, namun cara penyampaiannya tidak menggurui. Saridin dalam buku “Fatwa dan Canda Kiai Saridin” punya sisi tersendiri, Muhibbin ingin mengajak orang yang tidak waras untuk kembali ke jalan yang waras.
“Dilihat dari beberapa tulisan Pak Muhibin dalam buku, beliau menyindir kondisi Indonesia sekarang ini. Sehingga kita sebagai bangsa dari keturunan orang yang waras seperti Saridin harus kembali waras apalagi modal diri karena pilihan presiden,” katanya.
Nama Saridin sangat populer di kalangan masyarakat Pati dan sekitarnya, karena Saridin adalah anak dari Sunan Muria yaitu Nasrudin, namun oleh para masyarakat jawa disebut Saridin.
Berbeda dengan kebanyakan para kiai yang menuliskan Saridin. Mereka menokohkan Saridin sebagai Santri. Salah satunya Kiai Misbah dari Bangilan. Namun, dalam hal ini, Muhibbin menjadikan Saridin dibukunya sebagai seorang Kiai.
”Sudah banyak kiai yang menuliskan tentang Saridin sebagai santri, salah satunya Kiai Misbah Bangilan, namun berbeda dengan pak Muhibin saat ini, menjadikan Saridin sebagai Kiai,” Katanya.
Lebih lanjut, dalam akhir pembicaraannya dia menutup dengan membacakan puisi karyanya yang berjudul “Kalau Kau Sibuk, Kapan Kau Sempat”. Dia mengatakan bahwa puisi yang dia buat sebagai balsem penghilang pening.
“Ya ini puisi balsem, begitu orang mendengar peningnya hilang setelah selesai mendengarnya peningnya kembali,” pungkasnya.
Reporter: Ramadhani Sri Wahyuni
Editor: Afifah Kamaliyah