
Amanat.id – Kelompok 52 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terpadu (MIT) Dari Rumah (DR) ke-13 mengadakan webinar keagamaan bertema ’’Refleksi 96 Tahun Nahdlatul Ulama (NU) dan Tantangan Perkembangan Zaman dalam Menangkal Paham Radikalisme di Masyarakat”. Senin (31/01/2022).
Webinar tersebut mengundang narasumber langsung dari Ketua PCNU Kabupaten Pati Yusuf Hasyim. Selain itu, acara tersebut juga mengundang M. Sihabudin selaku Dosen Pembimbing Lapangan Kelompok 52 KKN MIT DR Ke-13 sebagai keynote speaker.
Webinar kali ini diadakan secara daring (dalam jaringan) karena kondisi pademi saat ini.
‘’Webinar kita ini selenggarakan secara daring karena saat ini masih pandemi Covid-19 Pada kesempatan kali ini kita sekaligus bersilahturahmi dengan jam’iyyah NU,’’ ucap M. Sihabudin.
Yusuf menjelaskan bahwa NU memiliki jumlah pengikut mayoritas, berada pada level pedesaan secara umum, maupun di level sub-urban, dan urban. Namun secara kelembagaan NU belum mampu mengelola potensi besar tersebut, ketidakmaksimalan ini terjadi karena keterkaitan faktor eksternal dan internal organisasi (terjadi denusisasi dari dalam maupun dari luar).
‘’NU memiliki jumlah pengikut mayoritas, berada pada level pedesaan secara umum, maupun di level sub-urban, dan urban. Namun secara kelembagaan NU belum mampu mengelola potensi besar tersebut, ketidakmaksimalan ini terjadi karena keterkaitan faktor eksternal dan internal organisasi (terjadi denusisasi dari dalam maupun dari luar),’’ ungkap Yusuf.
Yusuf juga menjelaskan bahwa besarnya potensi NU secara politik, belum dilihat sebagai potensi kekuatan ekonomi di sektor riil maupun agraris. Minimnya studi-studi NU hanya dilihat dari kacamata ekonomi, membuktikan bahwa selama ini posisi NU hanya dilihat dari kacamata keagamaan, kebudayaan, dan politik. NU belum dilihat sebagai kekuatan ekonomi dominan. Padahal bila dilihat secara kritis, banyak terdapat daerah maju, yang didorong oleh sektor ekonomi warga NU.
‘’Besarnya potensi NU secara politik, belum dilihat sebagai potensi kekuatan ekonomi di sektor riil maupun agraris. Minimnya studi-studi NU hanya dilihat dari kacamata ekonomi, membuktikan bahwa selama ini posisi NU hanya dilihat dari kacamata keagamaan, kebudayaan, dan politik. NU belum dilihat sebagai kekuatan ekonomi dominan. Padahal bila dilihat secara kritis, banyak terdapat daerah maju, yang didorong oleh sektor ekonomi warga NU,’’ tutup Yusuf.
Reporter: Nuke Rachma Gunarni