Kita tahu, kanal media Youtube seakan sudah menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dengan anak muda, begitupun dengan saya, hampir setiap hari saya mengakses Youtube, ada banyak sekali ribuan konten Youtube yang bebas ditonton, mulai dari konten edukasi hingga konten hiburan.
Namun, akhir-akhir ini, saya sedikit geram melihat konten-konten Youtube Indonesia. Belum lama ini, satu bulan yang lalu, Youtube Indonesia viral video channel Youtube Rakry dan Indy yang sebenarnya tidak—maaf—mutu. Video dengan judul “Alasan kita selesai” memperlihatkan seorang perempuan dan laki-laki yang tengah mengklarifikasi soal hubungan putusnya. Si lelaki selingkuh dan si cewek memutuskannya. Video tersebut mendapatkan jutaan viewer dan menuai ribuan komentar dari warganet.
Memang, tidak ada yang melarang konten apapun diunggah di Youtube. Semua orang bebas mengunggah videonya. Namun, yang jadi pertanyaannya adalah, mengapa masyarakat Indonesia sekarang lebih suka konten-konten sampah, ketimbang konten yang mendidik?
Yaa. di Indonesia, ada begitu banyak content creator Youtube yang sangat kreatif. Dari sekian banyak itu, Atta Halilintar menjadi Youtuber yang mempunyai jumlah subscriber terbanyak di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara. Tak tanggung-tanggung ia menjadi Youtuber pertama di Asia Tenggara yang mempunyai 10 juta subscriber, hingga hari ini jumlah subscriber Atta sudah mencapai 12 juta lebih.
Ketika tidak sengaja saya menonton konten video Atta Halilintar, kemudian saya bingung, mengapa yang seperti ini mendapat subscriber terbanyak se Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Konten-konten Youtube nya berisi Prank, komedi tidak jelas, grebek rumah artis, kehidupan sehari-harinya, dan kolaborasi bersama Youtuber lain. Saya belum mengerti, dari sisi mananya ia banyak dikagumi warganet. Penontonnya selalu banyak, tidak salah Ia dijuluki sebagai King Of Youtube Indonesia.
Tidak jauh beda dengan Atta, channel Youtube Ria Ricis juga merupakan channel yang paling terkenal di Indonesia. Dijuluki sebagai The Queen of Youtube Indonesia, konten-konten yang dibuat Ria Ricis juga tidak jauh beda dengan Atta, seru-seruan, bermain squishy, prank,dan cerita kehidupan sehari-harinya, dan sekali lagi, konten seperti ini memang disukai banyak orang.
Fenomena Clickbait
Belum lagi fenomena clickbait yang akhir-khir ini marak. Yaitu fenomena dimana konten video dengan judul yang menjebak, melebih-lebihkan namun isinya cenderung bertele-tele, tidak masuk akal, bahkan tidak sesuai dengan judul. Sering kita jumpai judul yang hiperbola seperti ” Penghasilan 50 juta perhari hanya dengan Smartphone!”, judul semacam itu mungkin akan mendapat banyak viewers, dan itu sangat menguntungkan si content creator.
Perlu kita ketahui, masyarakat Indonesia hari ini memang masih malas membaca, mereka langsung menilai hanya dari membaca judul. Dan ini bisa menimbulkan terpecah belahnya persatuan. Apalagi clickbait yang mengandung unsur politik, sara, dan sejenisnya. Banyak hoaks yang disebarluaskan.
Dan bayangkan, konten-konten edukasi yang berfaedah harus bersaing dengan konten-konten yang tidak berguna, yang notabennya masyarakat lebih suka. Padahal, jumlah konten yang berbau edukasi tidak terlalu banyak.
Saya bukan menyalahkan content creator seperti Atta, itu artinya mereka kreatif dan tau pasar, bahkan keren, masih muda punya penghasilan sendiri.
Melihat dari fenomena Rakry & Indy, lalu Si King of Youtube Indonesia, dan content creator clikbait, kita mengerti bahwa di zaman modern ini masyarakat Indonesia lebih suka dengan kebodohan-kebodohan dan keributan yang dibuat-buat.
Ya, tidak hanya di Youtube, di semua sosial media, bahkan lebih parah, hampir setiap hari kita bisa melihat banyak postingan dan video yang membuat sensasi dan keributan dengan membuka aib mereka. Konten-konten negatif tersebut disukai banyak orang, dan bagi netizen yang hobi nyiyir, ia suka berkomentar dan ikut campur. Lalu dalam hati si pembuat konten sampah tersebut, mungkin ia bilang, “Terserah apa kata Netizen, yang penting video gue viral,” Hehe.
Generasi muda sangat mudah teracuni konten-konten tersebut, bukan membuat kita semakin pintar, tapi konten sampah membuat kebodohan kita jadi bertambah. Millens harus paham mana konten yang baik dan yang meracuni.
Masih banyak sekali konten-konten Youtube yang lebih bermanfaat yang bisa kita tonton, dan pastinya membuat potensi kita lebih berkembang lagi.
Penulis: Rima Dian Pramesti