• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Jumat, 1 Juli 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Yang Tak Disentuh Gerakan Mahasiswa

Hari ini, gerakan yang diusung mahasiswa masih cenderung terjebak dalam romantisme masa lalu

Agus Salim I by Agus Salim I
3 tahun ago
in Artikel
0
(Sumber Foto: www.fmd.or.id)

Pembicaraan mengenai mahasiswa selalu menjadi sajian menarik dalam setiap obrolan. Selain mempunyai pendidikan tinggi, julukan mahasiswa sebagai makhluk yang kritis dan idealis terdengar istimewa di tengah masyarakat.

Dengan entitas spirit yang mengedepankan intelektualitas dan dialektika, mahasiswa menjadi sosok yang berperan penting dalam percaturan sejarah sebuah bangsa.

Ketika terjadi sebuah penyelewengan kekuasaan, mahasiswa dengan lantang berada di garda terdepan sebagai penyeru keadilan. Keberanian dalam menguak kebenaran pun menjadi tekad yang melekat dalam diri mereka.

Rumusan penggulingan kekuasaan bukan lagi dipandang sebagai sesuatu yang tabu. Runtuhnya rezim otoriteranisme Soeharto dan Totaliterianisme Soekarno menjadi bukti nyata keganasan mahasiswa kala itu.

Hari ini, pergerakan mahasiswa masih menjadi suatu gerakan yang ditakuti penguasa. Rekam jejaknya yang menawan, seringkali membuat pemilik singgasana ketar-ketir. Tak pelak, tuntutan pun mau tak mau harus dituruti pemerintah.

Baca juga

Kamu Percaya Zodiak? Yuk, Kenali Istilah Barnum Effect!

Dampak Positif dan Negatif Circle Pertemanan

Mengenal 4 Ciri Abusive Relationship

September tahun lalu, ribuan mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) memadati halaman Gedung DPRD Provinsi Riau. Permasalahan perekonomian negara, penyelamatan demokrasi di Indonesia dan permintaan pengusutan secara tuntas kasus korupsi PLTU Riau menjadi sesuatu yang lantang disuarakan.

Tak tanggung-tanggung, tuntuan untuk menurunkan Presiden Jokowi riuh diteriakkan mahasiswa. Ketidakpuasan menjadi alasan mereka dalam usaha penggulingan tahta Jokowi yang dinilai lemah dalam pembangunan ekonomi (Tirto.id, 12/09/18).

Memang, mahasiswa telah lama menjadi senjata untuk melawan sebuah rezim. Mereka pun telah menjadi bagian dari civil society yang dianggap sebagai satu-satunya lawan yang seimbang terhadap penguasa.

Mengutip pernyataan salah seorang pengamat politik Max Regus, bahwa mahasiswa tidak hanya mengejar idealisme formal semata, yaitu gelar kesajarnaan tetapi harus keluar dari menara gading (baca: kampus) demi memperjuangkan sederet persoalan yang mendesak.

Orientasi gerakan baru

Era kemajuan dan teknologi memang memberi kemudahan dalam melakukan suatu tindakan. Sejumlah tantangan pun menanti di tengah perkembangan zaman. Ya, salah satu tantangan besar itu berasal dari mahasiswa.

Hari ini, gerakan yang diusung mahasiswa masih cenderung terjebak dalam romantisme masa lalu. Bentangan spanduk dengan berbagai tulisan penolakan masih menjadi senjata andalan melawan ketidakadilan.

Bukan berarti demonstrasi sudah tidak relevan lagi. Ada banyak fenomena di negeri ini yang sebenarnya tidak cukup dilawan dengan cara lama. Apa yang telah dilakukan mahasiswa di zaman post-truth? Bagaimana sikapnya melihat politisasi agama yang memecah belah? Apa alternanif mahasiswa melihat perpolitikan yang semakin membinal? Sebagai bagian dari civil society, peran mahasiswa tentu dipertanyakan ulang.

Pemaknaan Agent of Change

Salah satu peran yang selalu ada saat membicarakan mahasiswa adalah sebutannya sebagai agent of change. Sebutan tersebut tentu bukan main-main. Akan tetapi, menjadi sebuah beban dan tanggung jawab yang harus disadari.

Pemahaman agent of change bukanlah sebatas peran seorang pahlawan super yang datang ke medan pertempuran, lalu dengan gagahnya menantang monster pembuat kekacauan demi mendapat riuhan tepuk tangan.

Mengangguk tanpa mendangak pun bukanlah solusi yang tepat. Sebagai kaum intelektual muda, mereka harus tetap ada dalam setiap titik kritis dengan pemerintahan.

Saat ini, kondisi negara jauh dari kata ideal. Penyakit masyarakat terlihat merajalela dan menggerogoti setiap tubuh bangsa. Kini, mahasiswa dinantikan kembali menjadi dokter bangsa dan negaranya.

Penulis: Agus Salim I.

  • 1share
  • 0
  • 1
  • 0
  • 0
Tags: agent of changegerakan mahasiswamahasiswa hari ini
Previous Post

Suparman Syukur: Saya Siap Pasang Badan, Ada Perubahan

Next Post

Menteri Koperasi Beri Penghargaan Pada Kopma Walisongo

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Gambar berbagai jenis zodiak.
Artikel

Kamu Percaya Zodiak? Yuk, Kenali Istilah Barnum Effect!

by Erlita Mirdza Septyasningrum
30 Juni 2022
0

...

Read more
Dampak positif dan negatif circle pertemanan.

Dampak Positif dan Negatif Circle Pertemanan

29 Juni 2022
Abusive relationship

Mengenal 4 Ciri Abusive Relationship

28 Juni 2022
Ilustrasi seseorang yang diam.

Ketika Diam Menjadi Mematikan

27 Juni 2022
(Sumber gambar: Pixabay)

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

23 Juni 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
illustrasi : unsplash.com

3 Gaya Kepemimpinan Yang Dapat Ditiru Mahasiswa

1 Juni 2022

Perlukah Curhat di Medsos?

21 Juni 2022
Abdul Ghofar, Dema-U UIN Walisongo

Abdul Ghofar; Pelepasan Emisi sebagai Tolok Ukur Dampak Perubahan Iklim

6 Juni 2022
Cerpen tentang empat sekawan yang saling mengerti satu sama lain seperti keluarga sendiri. Bak rumah kedua bagi satu sama lain.

[Cerpen] Rumah Kedua

26 Juni 2022
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend