Amanat.id – Wakil Rektor (WR) III Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Achmad Arif Budiman angkat bicara mengenai terjadinya konflik antara organisasi ekstra kampus. Kejadian bermula ketika Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengadakan acara sholawat di masjid kampus III UIN Walisongo. Rabu, (4/9/2019).
Hal tersebut oleh beberapa organisasi dianggap menyalahi aturan. Akibatnya konflik yang berbuntut panjang tidak bisa dihindari.
Saat ditemui Amanat.id di kantornya, Arif menjelaskan bahwa regulasi terkait larangan organisasi ekstra masuk kampus masih belum jelas. Pasalnya, yang terjadi dilingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) itu tergantung pada pimpinan dan culture masyarakat kampus, sehingga secara garis besar dibagi menjadi dua.
“Pada umumnya tidak boleh masuk. Baik kegiatan langsung atau berkolaborasi. Tetapi ada juga yang menetapkan kebijakan organisasi ekstra boleh masuk kampus, seperti di Palembang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arif mengatakan, para pimpinan kampus konsentrasi terhadap masalah ini. Namun, pihaknya tidak bisa tergesa-gesa dalam menentukan regulasi, karena persoalan ini menyangkut banyak mahasiswa.
“Pimpinan konsen terhadap masalah ini. Jika ditanya sudah tahu atau belum, para pimpinan sudah tahu, karena harus tanggap terhadap dinamika yang berkembang. Tapi, kami juga tidak bisa tergesa-gesa. Soalnya ini menyangkut banyak mahasiswa,” kata WR III itu.
Menurut Arif, dalam hal seperti ini, prinsip keadilan perlu ditegakkan.
“Prinsipnya itu keadilan, jadi di mana organisasi ekstra itu boleh masuk, tinggal diatur saja. Jika organisasi X dalam satu semester mendapat jatah 4 kali mengadakan acara di dalam, maka organisasi Y juga sama, sehingga masing-masing saling menghormati,” jelasnya.
Rencananya, setelah regulasi ditetapkan, untuk mensosialisaikannya Arif akan mengundang pimpinan organisasi ekstra.
“Nanti kalau sudah jadi, saya panggil orang-orangnya untuk disosialisaikan dan duduk bersama,” tambahnya.
Diakhir perbincangan, WR III mengimbau kepada mahasiswa bahwa, semua berangkat dari perbedaan, tetapi jangan jadikan perbedaan sebagai konflik. sekarang bukan saatnya beradu otot, tetapi lebih menggunakan otak.
“Untuk mahasiswa, kita berangkat dari perbedaan, tapi jangan jadikan perbedaan sebagai konflik dan jangan terlalu menggunakan otot, gunakan otak untuk menyikapi sesuatu,” pungkasnya.
Reporter: Afifah Kamaliyah