Amanat.id– Keberadaan duta kampus umumnya banyak diketahui oleh mahasiswanya. Namun, sebaliknya, Walisongo Campus Ambassador (WCA) justru dianggap asing bagi beberapa mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Rabu (26/10/2022).
Mahasiswi semester tiga Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Khafsoh mengatakan bahwa sama sekali tidak mengetahui tentang WCA.
“Apa itu WCA? Saya tidak tahu sama sekali tentang WCA,” ucapnya bingung.
Serupa dengan Naili Zumna, mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), juga mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui WCA.
“Saya enggak tahu secara rinci apa itu WCA,” katanya.
Padahal, WCA dibentuk untuk menjadi contoh bagi mahasiswa kampus dalam mewujudkan visi misi UIN Walisongo, yaitu melahirkan generasi yang berilmu, berbudi, dan berbudaya. Hal ini disampaikan oleh Widi Cahya Adi selaku staff ahli Kerja Sama, Kelembagaan, dan Humas (KKH).
“Setiap mahasiswa adalah duta bagi kampusnya. Nah, otomatis dibutuhkan mahasiswa yang berprestasi dan berakhlak baik untuk dijadikan contoh dalam mempresentasikan visi misi UIN Walisongo,” jelasnya saat ditemui di kantornya, Selasa (17/10).
Widi juga pernah mengirim dua delegasi WCA sebagai perwakilan Eco Green Campuss di Lampung.
“Kemarin Duta Rena dan Eka ke Lampung untuk mewakili Eco Green Campuss. Kalau kita tidak punya stok mahasiswa untuk promosi, ya nanti sulit,” tuturnya.
Belum Sempat Tersosialisasi, Muncul Kontroversi
Di sisi lain, Siti Musfiroh, mahasiswi IAT mengomentari pakaian peserta WCA yang dianggap kurang syar’i.
“WCA itu selebgram-nya UIN. Saya lihat teman saya sejak masuk WCA, pakaiannya sangat trendy, tapi kurang syar’i,” ucapnya.
Kritikan lain juga datang dari kalangan dosen. Widi sebagai pembimbing WCA mengatakan sempat mendapat kritikan dari dosen senior mengenai pakaian peserta WCA yang auratnya sedikit terbuka.
“Kemarin memang sempat ada beberapa dosen yang mengomentari pakaian WCA, tapi saya sudah berhati-hati dalam memublikasikan kandidat WCA di media sosial,” terangnya.
Sebelumnya, Widi juga sudah menanyakan kepada kandidat WCA apabila auratnya akan sedikit terbuka.
“Saya tanya ke salah satu peserta namanya Nur Fatima, dia bilang tidak masalah kalau lengannya sedikit kelihatan,” ungkapnya.
Terkait dengan pakaian syar’i, Widi lebih mengutamakan mahasiswa yang pakaiannya tidak terlalu tertutup karena takut jika berpaham sedikit radikal.
“Saya mencari anak yang ingin berproses, bukan sudah jadi. Misalnya, sudah benar-benar menutup aurat semua, ditakutkan ternyata mereka orang-orang yang berpaham sedikit radikal,” pungkasnya.
Reporter: Aissya
Editor: Khasan Sumarhadi