Amanat.id- Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menggelar acara UIN Walisongo Bersholawat bersama Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf dan Az-Zahir Pekalongan. Acara diselenggarakan di Lapangan Kampus 3 UIN Walisongo, Semarang, Jumat (30/9/2022).
Acara UIN Walisongo Bersholawat terbuka bagi umum. Para jamaah rela berdesakan demi turut mendengungkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Antusiasme para peserta UIN Walisongo Bersholawat yang begitu tinggi, tak urung menuai pujian, kritik, dan saran. Lapangan dan lahan parkir yang disediakan tak cukup menampung banyaknya penonton yang datang.
Salah satu mahasiswa UIN Walisongo, Laili mengatakan bahwa lahan parkir masih minim, apalagi jika terbuka untuk masyarakat umum.
“Acaranya keren, tapi lahan parkirnya masih minim. Mungkin kalau untuk mahasiswa cukup, tapi kalau untuk umum juga masih kurang,” jelasnya.
Tidak hanya Laili, salah satu rombongan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al-Amna Mijen, Titi mengatakan bahwa tempat yang disediakan UIN Walisongo kurang memadai.
“Sebelum ke sini, saya dan rombongan Al-Amna berziarah ke Kiai Muzakir di Demak. Dari Demak, kami langsung menuju ke sini. Pokoknya, di mana pun Az Zahir berada, kami kejar sampai dapat merapat. Acara ini keren. Namun, lahannya kurang luas. Mungkin karena banyaknya audiens yang datang,” tuturnya.
Di sisi lain, acara UIN Walisongo Bersholawat juga menjadi peluang untuk berjualan selama acara berlangsung.
Tanggapan Menwa tentang Membludaknya Peserta UIN Walisongo Bersholawat
Asisten Komandan Kelompok Resimen Mahasiswa (Menwa), Muhammad Diva Musafa yang bertugas menjaga keamanan, menuturkan larangan berjualan di area UIN Walisongo selama acara berlangsung.
“Kendalanya, masih banyak pedagang yang nekat menerobos masuk ke lokasi. Kami hanya menjalankan perintah Pak Rektor yang melarang berjualan di lokasi,” tuturnya.
Selain itu, imbauan untuk menjaga kebersihan, ketertiban, dan niat dalam menghadiri acara sholawatan.
“Dimohon untuk para pengunjung, menjaga ketertiban dan kebersihan, karena ini adalah milik seluruh civitas kampus. Selanjutnya, karena ini bulan Maulid, maka niatnya diluruskan,” lanjutnya.
Salah seorang anggota Menwa, Rahma Niarma yang bertugas menjaga keamanan, mengaku kewalahan dalam mengatur banyaknya penonton yang hadir.
“Pihak kami sebenarnya hanya menjaga di luar. Namun, karena penonton terus berdatangan dan di lapangan sudah sesak, kami harus alihkan sebagian penonton ke tempat lain. Kendalanya, penontonnya agak sulit diatur karena jumlahnya yang banyak sekali, dan apabila sudah duduk, tidak mau pindah ke tempat lain,” keluhnya.
Reporter: Aissya Salsa Safriliani
Editor: Revina