
Amanat.id- Problematika TOEFL-IMKA di UIN Walisongo ternyata masih menyisakan bara. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa Walisongo (KBMW) menggelar aksi di gedung rektorat kampus 1, Kamis (2/5/2019).
Sedikitnya ada tujuh tuntunan yang disampaikan dalam aksi tersebut, namun belum membuahkan hasil.
Dalam aksi tersebut terdapat tujuh tuntutan, salah satunya menuntut dihapuskannya SK Rektor Nomor 10.0/R/PP.00.9/754/2016 yang megatur pendaftaran ujian bahasa baik TOEFL maupun IMKA untuk semua mahasiswa meskipun belum menempuh Program Intensif Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Bertitik kumpul di Auditorium II kampus 3, aksi tersebut kemudian berjalan dengan menyanyikan lagu-lagu pergerakan seperti Buruh Tani dan Totalitas Perjuangan lengkap dengan atribut aksi menuju kampus 1. Sekitar pukul 11.00 WIB Wakil Rektor III Suparman Syukur keluar dari gedung bertingkat tiga yang ramai digrudug masa.
Tak lama kemudian, perwakilan KBMW diantaranya Ketua Dema-U, Wakil Ketua Dema-U, Anggota Dema Divisi PSDM, Ketua Sema-U, Ketua PMII Komisariat UIN Walisongo, Ketua HMI Komisariat UIN Walisongo dan Ketua KAMMI Komisariat UIN Walisongo menuntut tujuh tuntutan tersebut di ruang sidang rektorat lantai dua.
Wakil Retor III Suparman Syukur mengatakan, persoalan TOEFL-IMKA bukan hal yang mudah. Namun pihaknya akan berusaha betul untuk menyelesaikannya.
“Bahasa merupakan hal yang sangat penting. Untuk menyelesaikan persoalan ini kita perlu special action untuk mahasiswa tingkat akhir dengan penambahan kuota. Ini janji saya untuk menyelasaikan masalah TOEFL-IMKA,” kata Suparman.
Tak puas dengan jawaban tersebut, Kepala PPB Syaifullah hadir untuk memberikan penjelasan lebih terkait kebijakan pendaftaran TOEFL-IMKA.
Perdebatan pun semakin alot, kira-kira pukul 12.00 WIB salah seorang petugas tiba-tiba masuk ke dalam ruangan untuk memberitahu keadaan masa yang semakin ramai.
Setelah itu, Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), Aghisna Bidzikrikal Hasan angkat bicara, ia menegaskan kembali tuntutan mereka.
“Saya tanyakan lagi, apakah dari pihak kampus 1 bisa mengabulkan tuntutan kami, kalau bisa kapan, dan kalau tidak bisa tolong berikan kami alternatif lain,” kata Aghisna.
Suparman mengatakan dirinya tidak bisa memastikan hal tersebut karena dirinya hanya seorang diri.
“Secara pribadi saya setuju, tapi saya seorang diri. Mahasiswa yang dewasa gitu lo, hari senin ada rapat rektor, kita bisa menunggu sampai hari senin, ” ungkapnya.
Setelah sepakat, Suparman menandatangani surat yang telah ditandangani semua ketua organisasi tersebut.
“Semua yang ada didalam ruangan sidang ini menjadi saksi.” tutup Suparman.
Reporter: Fika Eliza
Editor: Rima Dian P