Pola asuh orang tua terhadap anak memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak di masa depan. Ada harapan yang disematkan orang tua kepada anaknya sebagai penerus garis keturunan.
Akan tetapi, tak selamanya pola asuh orang tua selaras dengan yang diharapkan anak. Dalam beberapa kondisi, terkadang anak mengalami pola asuh yang terlalu keras atau terlalu lembut. Dua hal ini tentu memiliki pengaruh di kehidupan anak, baik masa sekarang atau masa mendatang.
Sigmund Freud melalui teori Psikoanalisis menyebut bahwa kepribadian seorang anak dipengaruhi pola asuh yang diberikan oleh orang tua semasa kecil. Jika anak terbiasa dimanjakan oleh orang tua, di kehidupan remaja dan dewasa akan berpeluang lebih besar menjadi pribadi yang manja. Begitupun ketika diperlakukan secara keras, anak justru akan trauma.
Pola asuh yang cenderung berlebihan ini, akan menimbulkan efek toksik bagi anak (toxic parenting). Toxic parenting adalah perilaku dan sikap orang tua dalam megasuh anak selalu dimanifestasikan dalam kekerasan ataupun pemanjaan berlebih.
Toxic parents juga bisa dimaknai bahwa orang tua tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai seorang individu. Toxic parents memberikan efek negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak.
Dampak Toxic Parenting bagi Kesehatan Mental Anak
Melansir dari Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi, dan Kesehatan, disebutkan terdapat beberapa perilaku yang akan muncul pada anak yang memiliki toxic parents, di antaranya
1. Memiliki kecemasan tinggi serta perasaan takut dan tidak aman yang sangat besar terhadap lingkungan.
2. Merasa kesepian dan merasa tidak ada yang memahami dan mengerti dirinya.
3. Sering bersikap tidak konsisten, serta kesulitan membangun prinsip dan nilai hidup.
4. Kesulitan mengekspresikan emosi, respons emosi terkadang tidak sesuai dengan stimulus yang diberikan.
5. Memiliki ketergantungan yang kuat pada orang selain dirinya.
Penulis: Lawinda Rahmawati