Amanat.id- Dalam rangka menyambut Dies Natalis Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mengadakan diskusi publik dengan mendatangkan Nadirsyah Hosen sebagai pembicara, Jumat (28/02/2020).
Bertempat di Gedung A lantai 3 FISIP, diskusi publik tersebut mengangkat tema “Moderasi Islam di Dunia Virtual”.
Nadirsyah Hosen atau yang kerap disapa Gus Nadir, mengkategorikan tiga golongan yang dimaksud radikal. Pertama, gerakan Takfir yaitu radikal secara keyakinan.
“Ini semua orang menjadi kafir kecuali dia, ini radikal dalam keyakinan. Jadi, seperti orang yang bercadar, menganggap orang yang tidak bercadar itu kafir. Itu yang salah dan berbahaya,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan radikal yang selanjutnya yaitu gerakan Jihadis atau gerakan yang merasa berhak membunuh orang lain tanpa alasan dan dibenarkan oleh syariat.
“Jadi, kadang-kadang bisa menjadi satu bagian yang saling berkaitan ketika seseorang dikatakan kafir. Misalnya, ada fatwa bahwa syiah itu kafir. Maka fatwa keduanya adalah halal darahnya,” lanjut Gus Nadir.
Kelompok radikal ketiga menurut Gus Nadir adalah gerakan radikal secara ideologis yang ingin mengganti ideologi negara. Menurutnya, kelompok jenis ini seringkali menganggap kafir orang yang tidak berpakaian celana cingkrang.
“Kalau yang menganggap celana cingkrang ini dari sunah nabi ya silahkan monggo. Semoga dengan kecintaan mereka kepada nabi akan mendapat pahala. Tapi orang ini tidak boleh menganggap orang yang tidak bercelana cingkrang menjadi kafir,” jelasnya.
Di akhir acara, Gus Nadir mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dan tahu batasan dalam bersosial, karena terdapat orang-orang yang sengaja memproduksi ujaran kebencian secara massal.
Reporter: Ivatunisa Khasanah
Editor: Afifah Kamaliyah