• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Jumat, 27 Januari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Terlalu Banyak Mengikuti Kegiatan, Apakah itu Toxic Productivity?

Psikolog klinis dari Inggris, Dr. Julie Smith mengatakan toxic productivity merupakan sebuah obsesi mengembangkan diri dan merasa bersalah apabila tidak bisa melakukan banyak hal

Nur Aeni Safira by Nur Aeni Safira
6 bulan ago
in Artikel
0
Toxic Productivity
Ilustrasi Toxic Productivity: Pixabay

“Selagi muda carilah pengalaman sebanyak-banyaknya.”

Pernyataan ini selalu digaungkan kepada anak muda di manapun. Mereka yang percaya, akan berlomba-lomba mencari pengalaman untuk mengisi masa muda mereka. Didukung kemudahan teknologi untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti webinar, volunteer, maupun magang. Tidak hanya satu kegiatan, mereka juga bisa mengikuti lebih dari lima dalam satu waktu. Namun, ternyata terlalu bersemangat melakukan berbagai pekerjaan berlebihan bisa membuat terjebak dalam toxic productivity.

Psikolog klinis dari Inggris, Dr. Julie Smith mengatakan toxic productivity merupakan sebuah obsesi mengembangkan diri dan merasa bersalah apabila tidak bisa melakukan banyak hal. Toxic productivity muncul dari kebiasaan yang menjunjung tinggi produktivitas. Melihat
pencapaian dan aktivitas orang lain yang sangat banyak membuat kita seolah tertinggal jauh.

Dalam dunia perkuliahan, mahasiswa tidak luput dari toxic productivity demi mengejar nilai IPK atau kesuksesan sebuah acara organisasi. Bahkan demi produktivitas yang tinggi mereka merelakan waktu tidurnya yang menyebabkan kesehatan menurun. Media sosial sempat ramai dengan postingan yang menyinggung kebiasaan mahasiswa dalam mengejar tugas, “Nugas sewajarnya kalo sakit terus mati kan keluarga yang sedih…”

Secara psikologis, toxic productivity yang dialami oleh seseorang dapat menyebabkan burnout
dan mereka cenderung hanya melihat apa yang belum mereka lakukan bukan apa yang sudah
ia kerjakan. Di samping itu, hal ini juga bisa memengaruhi hubungan sosial seseorang.

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Sebagai pembuktian diri

Tuntutan akademik dan pemikiran “aku harus produktif” membuat seseorang tidak bisa beristirahat. Namun, mereka seringkali membagikan momen yang mereka lakukan di media sosial sebagai eksistensi diri. Berbagai respon positif maupun negatif tidak bisa terhindarkan. Respon positif yang sering diterima biasanya berupa kalimat pujian dan menanyakan bagaimana cara mencapai hal serupa. Di sisi lain, ia sering diberi slogan seperti si ambis, caper, si paling sibuk, dan sebagainya

Lalu apa kebiasaan yang termasuk toxic productivity? Bekerja berlebihan dan mengabaikan sekitar, menanamkan ekspektasi tidak realistis kepada diri sendiri, dan merasa kesulitan beristirahat. Terkadang tanpa sadar membuat kita melupakan sampai mana batas diri sendiri. Mindset yang sudah tertanam dalam diri mereka seolah sulit diganggu gugat oleh siapapun termasuk lingkungan sekitarnya.

Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi toxic productivity seperti menanamkan ekspektasi realistis, tahu akan batas kemampuan diri, dan menentukan prioritas apa yang hendak dilakukan. Perlu apresiasi terhadap diri sendiri agar tidak menuntun diri sendiri untuk bekerja berlebihan.

Apakah salah menambah pengalaman? Tentunya tidak, setiap orang berhak melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Seseorang harus mampu memahami kemampuan dan batas dirinya sendiri. Jika diibaratkan seperti meletakkan tanda baca kita harus cermat dan tepat, di mana tanda koma sebagai penentu jeda dan titik sebagai pemberhentian. Jika suatu kalimat dipaksakan akan menjadi kemubaziran dan tidak tepat.

Penulis: Nur Aeni Safira

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Terlalu Banyak Mengikuti Kegiatantoxic productivity
Previous Post

Stockholm Syndrome; Saat Korban Kejahatan Membela Pelaku

Next Post

Akhir Tak Bahagia

Nur Aeni Safira

Nur Aeni Safira

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Ma’had Al Jami’ah Kampus 2, UIN Walisongo.

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

19 Januari 2023
FISIP UIN Walisongo

Keluarga Mahasiswa Korban Penipuan Berharap Dapat Bantuan Dari Kampus

5 Januari 2023
Mahasiswa UIN Walisongo kena tipu online

Mahasiswa UIN Walisongo Kena Tipu Online, Rugi 8 Juta Lebih

5 Januari 2023
Wisuda UIN Walisongo

Kantongi Berbagai Respon atas Diundurnya Jadwal Wisuda UIN Walisongo 

20 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend