By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Terjebaknya Generasi Milenial dalam Perangkap Sandwich Generation
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Have an existing account? Sign In
Follow US
Sandwich Generation, Artikel Sandwich Generation, SKM Amanat
Ilustrasi sandwich generation (apex-ps.com)
ArtikelLifestyleMilenial

Terjebaknya Generasi Milenial dalam Perangkap Sandwich Generation

Last updated: 7 September 2023 8:39 pm
Lawinda Rahmawati
Published: 7 September 2023
Share
SHARE
Sandwich Generation, Artikel Sandwich Generation, SKM Amanat
Ilustrasi sandwich generation (apex-ps.com)

Seringkali, kehidupan memberikan kita pengalaman yang tidak terduga. Realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini semakin mengungkapkan bahwa hidup memang tidak bisa diduga-duga.

Banyak sarjana yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan, kemiskinan merajalela, dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan masih minim. Inilah yang kemudian melahirkan istilah “sandwich generation“.

Generasi yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 sering disebut sebagai milenial. Mereka memiliki rasa ingin tahu, kreativitas, inovasi, dan kesiapan dalam menghadapi perubahan. Sayangnya, kecenderungan generasi milenial menghabiskan uang untuk pengalaman seperti liburan, hiburan, dan barang konsumtif seperti mobil atau elektronik sering membuat mereka lupa akan pentingnya investasi dan pengelolaan keuangan. Akibatnya, mereka terperangkap dalam istilah “sandwich generation”.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody pada tahun 1981. Dalam jurnal mereka yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children Of The Aging”, Dorothy menjelaskan bahwa sandwich generation adalah generasi yang harus menanggung beban hidup orang tua dan anak-anak mereka sendiri.

Dengan kata lain, mereka harus menghidupi tiga generasi sekaligus: orang tua, diri mereka sendiri, dan anak-anak mereka. Analogi ini seperti sepotong daging yang terjepit di antara dua potong roti. Roti melambangkan orang tua dan anak-anak, sementara daging, mayones, dan saus adalah diri mereka sendiri.

Kenyataannya, banyak orang dewasa di Indonesia yang sudah bekerja, tetapi tetap memiliki tuntutan untuk membiayai atau menghidupi orang tua dan saudara, bahkan ketika mereka sudah berkeluarga.

Dibutuhkan Pemahaman Pengelolaan Finansial 

Pepatah “banyak anak banyak rezeki” sering terdengar. Namun, dalam konteks sandwich generation, menganggap anak sebagai investasi tidaklah tepat. Sandwich generation saat ini bisa jadi terbentuk karena kekurangan pengetahuan finansial dari generasi sebelumnya, yakni orang tua mereka.

Diperlukan mobilitas atau perpindahan dari sandwich generation menuju generasi milenial yang paham literasi keuangan agar dapat mencapai kemandirian finansial.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam mendorong mobilitas. Mengutip jurnal “Peran Pendidikan Global dalam Mobilitas Masyarakat”, Malika (2014) mengatakan bahwa pendidikan mampu memperluas peluang masyarakat untuk memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan pekerjaan, transmisi kebudayaan, peran sosial, dan integrasi sosial.

Kesempatan yang setara dapat membantu generasi milenial mencapai tujuan hidup, tanpa terbebani oleh perbedaan sosial, ras, keturunan, agama, atau keyakinan.

Sementara itu, pendidikan zaman dahulu dan saat ini tidak bisa disamaratakan, telah terjadi perubahan di dalamnya. Pendidikan zaman dahulu memiliki keunggulan dalam melatih sikap tanggung jawab, sopan santun, dan kedisiplinan. Namun, siswa memiliki keterbatasan untuk mengakses pelajaran sekolah.

Jika dibandingkan dengan era sekarang, kita bisa bebas mencari sumber ilmu yang dibutuhkan, melihat tempat belajar ada di mana-mana, perpustakaan, dan pusat pembelajaran terbuka dengan lebar serta untuk mengaksesnya juga tidaklah sulit.

Adanya keterbatasan dalam pendidikan zaman dahulu, bukan tidak mungkin telah menjadi faktor minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan. Kita tidak bisa menyalahkan keadaan, sebagai milenial sudah saatnya sadar akan pentingnya pengaturan keuangan.

Terjebak dalam sandwich generation merupakan hal yang tidak bisa diduga. Sebagai generasi milenial, tidak peduli pekerjaan apa yang dijalani, lulusan sarjana atau tidak, pengetahuan dan kesadaran tentang pengelolaan keuangan adalah kunci supaya “beban baru” tidak lagi menjadi warisan bagi generasi mendatang.

Penulis: Lawinda Rahmawati

Antara Kata dan Nyata
Korupsi dan Supremasi Hukum
Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?
Tujuh Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Tidak Jadi Workaholic
Apalagi Setelah Pesta Ketidaktahuan Diri?
TAGGED:artikel amanatfenomena sandwich generationgenerasi milenialpentingnya mengelola finansialperangkap sandwich generationsandwich generation
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Varia Kampus

LP2M Tetapkan Dua Kabupaten untuk Lokasi KKN Reguler ke-73 UIN Walisongo

Rima Dian Pramesti
17 September 2019
Ini Alasan Yel-yel UKT Mahal Menggema di GSG
Peduli Penyandang Tuli, KPSR FPK UIN Walisongo Adakan Seminar Bahasa Isyarat
Ramai Urus Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Meski Pendaftaran Wisuda Ditutup
House Republicans Vote to End Rule Stopping Coal Mining Debris From Being Dumped in Streams
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Terjebaknya Generasi Milenial dalam Perangkap Sandwich Generation
Share

Tentang Kami

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Kantor redaksi SKM Amanat berlokasi di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lantai 1, Kampus III UIN Walisongo, Jalan Prof. Hamka, Ngaliyan, Kota Semarang, dengan kode pos 50185

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Reading: Terjebaknya Generasi Milenial dalam Perangkap Sandwich Generation
Share
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?