Amanat.id- Fajar Istikhomah atau yang kerap disapa Fajar merupakan mahasiswi prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang berhasil menjadi wisudawati terbaik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Rabu (20/11/2019).
Fajar adalah salah satu relawan perpustakaan FDK. Dirinya mengaku bahwa alasannya menjadi relawan perpustakana adalah agar ia selalu dekat dengan buku-buku, sehingga termotivasi untuk terus membaca.
“Aku ikut jadi relawan perpus itu biar bisa baca buku terus, biasanya aku targetkan sebulan harus baca berapa buku gitu,” terang Fajar saat diwawancarai Amanat.id.
Dari segi ekonomi, Fajar bukanlah berasal dari keluarga berkecukupan. Pasalnya, ia harus mengajar les demi mencukupi kebutuhan kuliahnya. Beruntung, ia juga termasuk mahasiswa penerima beasiswa prestasi.
“Aku bukan dari keluarga yang punya ya, jadi orang tua juga ngirim itu kadang gak cukup. Makanya aku ngajar les kesana kemari. Yang paling saya ingat, Bu Ningsih nyuruh saya ngajarin anak-anaknya, terus pesangonnya buat biaya kuliah saya. Alhamdulillahnya juga, saya itu penerima beasiswa prestasi,” terang Fajar.
Mahasiswi asal Grobogan ini mengaku sempat menghadapi kendala waktu yang terbatas saat pendaftrana munaqosah. Dirinya mengaku takut jika harus mengulang kuliah dan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) lagi di semester berikutnya.
“Waktu itu saya terkendala saat mau daftar munaqosah, karena waktunya kan terbatas. Alhamdulillahnya banyak pihak yang bantu. Waktu itu takut kalau gak jadi wisuda semester ini, kan bayar UKT lagi,” ucap Fajar.
Mengenai skripsinya, Fajar sempat tidak tidur selama seminggu. Namun akhirnya ia berhasil menyelesaikan skripsi dalam kisaran waktu satu bulan.
“Untuk masalah skripsi,itu aku berjuang sekuat tenaga dan sempat gak tidur seminggu juga. Dan akhirnya skripsiku bisa selesai dalam waktu hanya sekitar satu bulan,” tambah Fajar.
Anak dari pasangan Ngadimin dan Sutiem ini mengatakan keinginannya kedepan adalah belajar mendalami bahasa Inggris karena ia berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke negeri Kanguru, Australia. Ia akan mengambil focus Human Reset Development.
“Pengennya sih setelah ini belajar bahasa Inggris dulu, soalnya aku pengen lanjut ke Australia ambil Human Reset Development,” harap Fajar.
Fajar menambahkan, semua yang telah dilaluinya selama 9 semester tidaklah mudah. Namun, ia memiliki motivasi terbesar dari Kiai nya, KH. Fadlolan Musyaffa’ selama nyantri di Ma’had Al-Jami’ah Walisongo.
“Tiga manajemen yang Abah Fadholan selalu ingatkan kepada santrinya dan selalu jadi pegangan aku adalah manajemen waktu, manajemen prioritas dan manajemen taqorrub ilallah.”
Fajar mengaku menerapkan manajemen tersebut dalam kesehariannya.
“Aku selalu menerapkannya dalam keseharianku karena sebagai mahasiswa kita harus bisa memanejemen waktu dengan baik, harus bisa menentukan yang mana prioritas, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT,” tutup Fajar.
Reporter: Ita Erviana
Editor: Nafiatul Ulum