Amanat.id–Lembaga Kesejahteraan Sosial Berbasis Mahasiswa (LKS BMh) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo gelar acara Pelantikan dan Pengukuhan Kepengurusan periode 2022-2024, pelantikan dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Harso Susilo. Bertempat di Lantai 1 Balaikota Semarang, Minggu (20/11/2022).
Acara dibuka dengan persembahan tarian alam oleh anak-anak penyandang disabilitas dari Komunitas Difabel Ar-Riski. Harso Susilo selaku Kepala Dinsos Jateng memberikan apresiasi akan penampilan tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi teman-teman difabel yang telah memberikan penampilan luar biasa untuk membuka acara ini,” tuturnya.
Ketua LKS BMh periode 2022, Nutfatin Abiadhoh menyampaikan bahwa penampilan tersebut sebagai bukti bahwa LKS BMh merangkul seluruh masyarakat tanpa adanya diskriminasi sosial.
“Melalui ini kami menunjukkan bahwa LKS BMh tidak membedakan atau diskriminasi antara satu sama lainnya. Selain itu, kami melihat potensi bahwa mereka mampu memberikan kontribusi dan mengapresiasi rasa kepercayaan diri mereka untuk berani tampil,” jelasnya.
Nutfatin turut menambahkan bahwa LKS BMh telah menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas difabel lainnya yang masuk ke dalam program kerja rehabilitasi sosial meliputi pendampingan, pengasuhan, dan pemberian pelatihan terhadap anak-anak difabel.
“LKS BMh sudah menjalin kerja sama cukup lama dengan komunitas-komunitas difabel, contohnya komunitas difabel Ar-Riski, Kali Mberok, bahkan seluruh komunitas difabel se-kota Semarang telah kami kunjungi, kegiatan ini masuk program kerja rehabilitasi. Jadi, kami mendampingi, mengasuh dan memberi pelatihan kepada mereka,” imbuhnya.
Selain membawa tarian alam, pada kesempatan lainnya anak-anak difabel mampu menampilkan pembacaan puisi dan hafalan surat Al-Quran, sebagaimana penuturan Rofiatun, salah satu pengurus Komunitas Difabel Ar-Riski.
“Anak-anak yang kami bina sering tampil untuk sejumlah acara, di samping tarian alam mereka bisa menampilkan pembacaan puisi, hafalan surat Al-Quran sampai qiraat,” tuturnya.
Kendati demikian, Rofiatun merasakan tantangan selama membina anak-anak tersebut karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Tantangan yang kami hadapi yaitu terbatasnya SDM atau tenaga pendidik, karena jumlah staffnya ada 12 orang, tetapi yang aktif hanya segelintir, termasuk dari pihak orang tua kami ajak untuk ikut melatih dan membimbing anak-anak,” jelas Rofiatun.
Rofiatun berharap melalui komunitas yang diurusnya mampu menjadi wadah bagi seluruh penyandang disabilitas anak-anak, remaja hingga lansia agar tidak dipandang sebelah mata.
“Saya berharap komunitas ini bisa menjadi wadah bagi seluruh penyandang disabilitas baik itu anak-anak, remaja hingga lansia tidak diremehkan oleh masyarakat, sebab ini berdasarkan pengalaman nyata yang dialami tetangga saya dulu, khawatirnya jika dibiarkan hidup mereka selalu terpinggirkan,” tutupnya.
Reporter: Shinta